Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Taliban Segera Gandeng China, Umat Muslim Uighur di Afghanistan Ketar-Ketir

Taliban Segera Gandeng China, Umat Muslim Uighur di Afghanistan Ketar-Ketir Kredit Foto: Flickr/TravelingMipo

Pemerintah China secara rutin menyangkal semua pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Mereka menyebut berbagai kamp yang mereka dirikan merupakan pusat pelatihan untuk memerangi ekstremisme.

Komunitas Uighur di Afghanistan diperkirakan sekitar 2.000 orang. Kebanyakan dari mereka adalah generasi kedua imigran yang meninggalkan China beberapa dekade lalu.

Kebijakan keras pemerintah China diyakini belum dimulai pada periode itu.

Namun kartu identitas yang mereka miliki di Afghanistan masih tertera tulisan "Uighur" atau "pengungsi China". Mereka cemas pemerintah China akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan Amerika Serikat dan menjadi sasaran.

"Itu adalah ketakutan terbesar bagi Uighur di Afghanistan sekarang," kata seorang laki-laki Uighur berusia lima puluhan tahun di Kabul.

Dia berkata, keluarganya tidak meninggalkan rumah sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

"Kami khawatir Taliban akan membantu China mengendalikan gerakan kami atau mereka akan menangkap kami dan menyerahkan kami ke China," katanya.

Semua orang Uighur di Afghanistan yang berbicara kepada BBC berkata, mereka bersembunyi di rumah sejak Taliban kembali berkuasa. Mereka hanya sesekali berkomunikasi melalui telepon.

"Kami seperti orang mati yang hidup sekarang," kata laki-laki Uighur lainnya di Kabul. "Terlalu takut bahkan untuk pergi keluar."

Seorang laki-laki Uighur di Mazar-i-Sharif mengaku bersembunyi di rumah bersama istri, anak-anak, dan keluarga besarnya.

"Sudah 10 hari kami duduk di rumah, hidup kami tertahan. Tertulis dengan jelas di kartu identitas kami bahwa kami adalah Uighur," ujarnya.

Ketakutan terhadap China bukan tidak berdasar. China dalam beberapa tahun terakhir memperluas tindakan kerasnya terhadap Uighur di luar luar negeri.

China menggunakan strategi agresif untuk membungkam atau dalam beberapa kasus menahan dan mengembalikan mereka ke Xinjiang.

Data yang diterbitkan pada bulan Juni lalu dalam Proyek Hak Asasi Manusia Uighur menunjukkan, setidaknya 395 orang beretnis itu dideportasi, diekstradisi atau diadili sejak 1997.

Di sisi lain, ada prediksi jumlah faktual orang Uighur yang mengalami itu sebenarnya jauh lebih tinggi.

"China banyak berinvestasi dan menjalin hubungan diplomatik yang erat dengan negara-negara di Asia Tengah. Dampaknya, orang-orang Uighur di sana menjadi sasaran polisi lokal dan agen intelijen China," kata Mehmet Tohti, aktivis Uighur terkemuka di Kanada.

"Kami tahu dari contoh-contoh sebelumnya bahwa hubungan diplomatik yang erat dengan China menghasilkan penganiayaan terhadap orang Uighur."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: