Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Dipuji Sukses Tangani COVID, Dicky: Tidak Rajin Belajar, Tiba-Tiba Nilai Ujiannya Bagus

Indonesia Dipuji Sukses Tangani COVID, Dicky: Tidak Rajin Belajar, Tiba-Tiba Nilai Ujiannya Bagus Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Situasi Covid-19 Indonesia, yang dinilai lebih baik dibanding Malaysia kini ramai diberitakan. Sekadar latar, ikhwal perbandingan ini bermula dari pernyataan politisi Malaysia yang juga Ketua Umum Partai Aksi Demokrat (DAP) Lim Kit Siang, yang membandingkan kesuksesan Indonesia dalam menekan jumlah kasus harian.

"Bisakah menteri kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin menjelaskan, mengapa Indonesia mampu mengurangi jumlah kasus baru dalam 16 hari berturut-turut. Jumlah kasus di Indonesia kini lebih rendah dari Malaysia. Di saat Indonesia mencatat 8.955 kasus baru pada Kamis (2/9), Malaysia justru 20.988 ," kata Lim, seperti dikutip Malay Mail, Jumat (3/9).

“Ini bukan mencari-cari kesalahan. Faktanya, kita memang harus mencari cara untuk meningkatkan penanganan pandemi Covid-19. Agar kita bisa menang," imbuhnya.

Terkait hal ini, Ahli Epidemiologi Griffith University, Australia Dicky Budiman mengatakan, berita membaiknya situasi Covid di Tanah Air ini tak bisa ditanggapi dengan 100 persen kegembiraan.

"Ini antara senang dan khawatir. Seperti orang yang nilai ujiannya tiba-tiba bagus. Padahal, sebetulnya dia tidak rajin belajar. Sementara dalam penanganan pandemi, kita tidak boleh mengandalkan keberuntungan," ujar Dicky kepada RM.id, Minggu (5/9).

"Hingga 1 September 2021, pemerintah mengumumkan penurunan kasus infeksi sebanyak 25 persen dan kematian 37 persen. Namun, perlu dipahami, situasi ini terjadi di tengah minimnya testing tracing," imbuhnya.

Meski begitu, Dicky tak menampik adanya kerja keras pemerintah dalam menurunkan jumlah kasus.

"Itu betul ada. Tapi, belum cukup kuat untuk keluar dari fase krisis. Masa krisis varian Delta masih akan berlangsung setidaknya sampai akhir September 2021. Rata-rata masa krisisnya itu kan 12 mingguan. Jadi, ini belum selesai," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: