Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: E.ON, Korporasi Energi & Listrik Eropa yang Menjangkau 30 Lebih Negara

Kisah Perusahaan Raksasa: E.ON, Korporasi Energi & Listrik Eropa yang Menjangkau 30 Lebih Negara Kredit Foto: Getty Images/AFP/Ina Fassbender
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan terkaya berdasar pendapatannya peringkat ke-255 adalah perusahaan listrik Eropa E.ON SE. Fortune Global 500 tahun 2020 mencatat, E.ON membukukan total pendapatan 46,86 miliar dolar AS setahun.

E.ON yang bermarkas di Essen, Jerman, adalah satu dari sekian perusahaan listrik yang terdaftar dalam perusahaan raksasa Fortune. Kondisi finansialnya tahun 2020 relatif imbang. Pendapatannya naik 31,3 persen dari 35,70 miliar dolar di tahun 2019, sedangkan labanya diperoleh 1,75 miliar dolar dengan penurunan cukup dalam sebesar 53,9 persen dari 3,80 miliar dolar di tahun 2019.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Berusia Lebih Seabad, BBVA Kokoh Sebagai Perbankan Global Berkat Merger

Sementara itu, terjadi peningkatan signifikan terhadap aset dan ekuitas sahamnya. Pada 2020, asetnya tercatat naik menjadi 110,63 miliar dolar dari sebelumnya 62,09 miliar dolar di tahun 2019. Yang terakhir, ekuitasnya naik dari 6,58 miliar dolar menjadi 10,18 miliar dolar tahun 2020.

E.ON yang bergerak sebagai perusahaan swasta internasional mampu mencatatkan namanya dalam Fortune. Meski demikian, perusahaan ini merupakan hasil gabungan (merger) dari dua perusahaan besar. Untuk lebih lengkap mengenai E.ON, Warta Ekonomi pada Senin (6/9/2021) akan mengulas kisahnya dalam artikel sebagai berikut. 

Pembentuk E.ON adalah dua perusahaan besar yakni VIAG dan VEBA. VIAG sendiri adalah kependekan dari Vereinigte Industrie-Unternehmungen Aktiengesellschaft yang spesialisasinya dalam bisnis aluminium, kelistrikan, dan nitrogen. Perusahaan didirikan oleh German Reich, pada 7 Maret 1923. 

Di Berlin --tempat perusahaan pertama kali didirikan, VIAG menjadi perusahaan induk (holdings) dengan menjalankan berbagai tipe bisnis mulai dari operasinal, administrasi, dan keuangan, juga mengambil alih kegiatan yang berhubungan dengan transaksi perbankan. Namun yang paling VIAG didefinisikan murni sebagai perusahaan induk saham, yang tidak terlibat langsung dalam produksi.

Modal saham ditetapkan pada 600 juta mark, dibagi menjadi 600.000 saham dengan masing-masing 1.000 mark. Reich adalah pemegang saham. Anak perusahaan adalah Reichs --Kredit-Gesellschaft mbH, Elektrowerke AG, Vereinigte Aluminium-Werke AG, dan Duetsche Werke AG. Kepemilikan saham di Elektrowerke AG dan Württembergische Landes-Elektrizitäts AG, di Vereinigte Aluminium-Werke AG dan Innwerk, di Bayerische Aluminium AG dan Deutsche Werke AG termasuk di antara aset yang paling penting yang ditransfer.

Pada tahun-tahun setelah pendiriannya, VIAG berkonsentrasi pada kegiatan inti aluminium, nitrogen, dan listrik dan memperkuat integrasi ekonomi di area ini.

Sementara itu, sebelum awal tahun 1930-an, manajemen VIAG merestrukturisasi pabrik masing-masing untuk mencapai profitabilitas. Satu-satunya pendapatan yang diperoleh VIAG adalah dividen dari perusahaan grupnya. Laba bersih VIAG naik 42 persen menjadi 12 juta Reichsmark antara tahun 1925 dan 1929. Pada tahun keuangan 1924-1925, dividen sebesar 5 persen dibayarkan untuk pertama kalinya.

Pada tahun-tahun berikutnya dividen naik menjadi 8 persen. Sebuah usaha awal yang signifikan oleh kelompok adalah konversi pada tahun 1925 dari pabrik-pabrik terpisah Deutsche Werke AG menjadi perusahaan independen yang lebih mampu memperoleh kebutuhan produksi untuk diri mereka sendiri, seperti pabrik di Spandau, yang diubah menjadi Deutsche Industriewerke AG (DIW), dan merupakan satu-satunya dari perusahaan-perusahaan ini yang tetap berada di grup VIAG.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: