Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cegah Stunting, Kemenko PMK Ajak Ahli Teknologi Pangan Kembangkan Kelola Makanan

Cegah Stunting, Kemenko PMK Ajak Ahli Teknologi Pangan Kembangkan Kelola Makanan Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Bidang Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto mengajak para ahli di bidang teknologi pangan mengembangkan teknik pengelolaan makanan demi mencegah stunting.

Ajakan tersebut hadir untuk menanggapi kondisi anak-anak nelayan yang masih banyak mengalami stunting meskipun memiliki akses yang besar terhadap produk hewani.

Baca Juga: Kolaborasi Kunci Menangani Gizi Buruk dan Stunting

"Ini kan perlu perubahan pola perilaku konsumsi kita. Mereka jual [ikan], tapi merekanya sendiri makan mie instan," kata Agus dalam webinar tentang "Gizi dan Kesehatan Anak", Kamis (9/9/2021).

Menurut Agus, kondisi semacam itu sering ditemui di berbagai daerah. "Saya kira banyak yang seperti itu. Mereka banyak sumber daya pangannya, tapi dijual. Mereka pulangnya bawa yang lain yang justru tidak baik untuk perkembangan gizi anaknya," jelas Agus.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa salah satu yang bisa menjadi faktor terjadinya kondisi itu adalah ketidaktahuan masyarakat tentang cara mengelola pangan yang baik untuk kesehatan. Untuk itu, ia meyakini tenaga ahli dari teknologi pangan memiliki peran untuk membantu mengubah kondisi tersebut.

"Mungkin variasi jenis cara memasak itu kurang di-upgrade. Nah, ini teknologi pangan kita ikut maju. Tidak hanya ahli gizi saja, tapi teman-teman teknologi pangan yang bisa mengelola itu menjadi lebih update, ada kemajuan. Itu mungkin dibutuhkan juga," ujarnya.

Selain dari tenaga ahli teknologi pangan, Agus memandang masyarakat juga bisa turut berkontribusi mengembangan cara mengelola makanan untuk anak-anak. Hal tersebut dapat dilakukan misalnya oleh ibu-ibu pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).

"PKK itu kan sering ada kegiatan masak-masak, lomba memasak untuk bayi atau ibu-ibu. Itu kan memperkaya [pengetahuan kelola makanan]. Komposisi [gizi] itu yang perlu dimasyarakatkan," tambahnya.

Oleh karena itu, Agus menilai untuk mengubah kondisi stunting di Indonesia perlu melibatkan sinergi dari berbagai pihak. "Apalagi saat pandemi ini, di saat pendapatan kita juga menurun. Kita juga harus bisa mengelola, tidak harus beli. Dengan pangan lokal kita maju dengan gizi yang baik," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: