Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Propaganda Politik?

Apa Itu Propaganda Politik? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Propaganda bukan lagi sekadar alat untuk mengubah opini Anda. Sekarang di dunia digital ini, propaganda adalah jalan menuju partisipasi instan dalam konflik politik yang melibatkan diri Anda. Ironisnya, propaganda juga menjadi alat untuk memutuskan hubungan dengan teman atau kerabat yang pendapatnya berbeda secara instan.

Propaganda partisipatif membantu menyosialisasikan konflik dan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari. Peningkatan cakupan keterlibatan ini juga dapat menyebabkan internalisasi konflik, yang berarti bahwa alih-alih mendorong Anda untuk menyaring sumber informasi alternatif, propaganda partisipatif bertujuan untuk membentuk kembali filter kognitif Anda serta hubungan antara Anda dan lingkungan Anda.

Baca Juga: Pengamat Politik Bilang Banyak Dagelan Politik Jelang 2024: Salah Satunya Fenomena Novel Bamukmin

Para sarjana, jurnalis, dan politisi telah lama berdebat tentang bagaimana mendefinisikan propaganda dengan benar dan membedakannya dari bentuk komunikasi massa lainnya. Namun, pada intinya, propaganda adalah informasi bias yang dirancang untuk membentuk opini dan perilaku publik.

Sejarah Propaganda

Propaganda saat ini paling sering digunakan untuk merujuk pada pernyataan politik, tetapi kata tersebut dapat muncul melalui penggunaannya dalam konteks agama. Congregatio de propaganda fide ('Jemaat untuk menyebarkan iman') adalah sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV sebagai sarana untuk memajukan kegiatan misionaris Katolik.

Kata propaganda berasal dari ablatif tunggal feminin dari propogandus, merupakan gerundive dari bahasa Latin propagare, yang berarti 'menyebarkan'. Penggunaan pertama kata propaganda (tanpa memakai bahasa Latin tentunya) dalam bahasa Inggris mengacu pada organisasi Katolik ini. Baru pada awal abad ke-19, istilah tersebut mulai digunakan sebagai istilah yang menunjukkan gagasan atau informasi yang akurasinya dipertanyakan sebagai sarana untuk memajukan suatu tujuan.

Bagaimana Propaganda Dapat Bekerja?

Propaganda modern mengacu pada teknik dan strategi yang digunakan dalam periklanan, hubungan masyarakat, komunikasi, dan psikologi massa. Teknik ini mampu menyederhanakan masalah atau ideologi yang rumit untuk dikonsumsi publik, selalu bias, dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Propaganda umumnya menggunakan simbol, baik dalam bentuk tertulis, musik, atau visual, dan dapat memainkan serta menyalurkan emosi manusia yang kompleks menuju tujuan yang diinginkan. Propaganda sering digunakan oleh organisasi pemerintah atau swasta untuk mempromosikan tujuan dari institusi mereka atau juga merendahkan lawan mereka. Propaganda berfungsi hanya sebagai salah satu senjata dalam gudang persuasi massa.

Berbeda dengan cita-cita seorang pendidik, yang bertujuan untuk menumbuhkan penilaian dan pemikiran yang independen, praktisi propaganda tidak bertujuan untuk mendorong musyawarah dengan menghadirkan berbagai sudut pandang dan menyerahkannya kepada audiens untuk menentukan perspektif mana yang benar. Propaganda hanya mengirimkan informasi yang diarahkan untuk memperkuat kasusnya, dan secara sadar menghilangkan informasi yang merugikan.

Tidak semua propaganda itu buruk. Propaganda digunakan untuk membentuk opini dan perilaku. Kampanye kesehatan masyarakat, misalnya, bisa memanfaatkan propaganda. Pemilu, bahkan di negara demokrasi, sering kali menampilkan unsur propaganda, karena para kandidat dan partai politik saling bersaing untuk mendapatkan jabatan. Bahaya yang sebenarnya dari propaganda terletak ketika suara-suara yang bersaing itu dibungkam dan tidak terkendali sehingga propaganda dapat memiliki konsekuensi negatif.

Apakah Propaganda Itu Efektif?

Propaganda, tentu saja, tidak selalu akan berhasil. Efektivitasnya tergantung pada berbagai faktor, termasuk penerimaan audiens terhadap pesan dan konteks sosial yang menguntungkan. Propaganda saja, terlepas dari keterampilan penggunanya, tidak dapat memenangkan perang atau mengubah manusia yang berpikir menjadi robot tanpa pikiran. Terlepas dari kekuatan pesan mereka, misalnya, Nazi tidak dapat membalikkan gelombang kemenangan Sekutu setelah pertengahan tahun 1943. Propaganda Nazi mungkin menunda kekalahan, tetapi tidak dapat membawa kemenangan bagi pihak Jerman.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: