Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahaya Hapus Pembatasan, Pakar Ingatkan Negara Asia Tenggara Jangan Tergesa-gesa Sebelum...

Bahaya Hapus Pembatasan, Pakar Ingatkan Negara Asia Tenggara Jangan Tergesa-gesa Sebelum... Kredit Foto: TODAY Online/Ili Nadhirah Mansor
Warta Ekonomi, Jakarta -

Para ahli memperingatkan, bahwa tingkat vaksinasi yang rendah di beberapa bagian Asia Tenggara, termasuk Filipina, Indonesia dan Thailand akan membuat pembukaan pembatasan (lockdown) kembali jauh lebih berisiko daripada di Barat.

Di Asia Tenggara, melansir CNN, Jumat (24/9/2021), tingkat tes positif juga tetap sangat tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan negara-negara mempertahankan tingkat positif 5% atau lebih rendah selama setidaknya dua minggu sebelum dibuka kembali, tetapi angka itu adalah 20% hingga 30% di banyak negara Asia Tenggara.

Baca Juga: Tengok Singapura, Jangan Sampai Omongan Pakar Terjadi di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam!

"Itu jelas menunjukkan bahwa angka absolut dari apa yang kami lihat bukanlah representasi sebenarnya dari kasus Covid, karena kurangnya pengujian dan pelacakan kontak," kata Abhishek Rimal, koordinator kesehatan darurat regional di Federasi Palang Merah Internasional.

"Gelombang Covid-19 baru-baru ini telah mengajari kita satu hal: kita tidak boleh lengah," tambahnya.

WHO telah menetapkan kriteria lain misalnya, badan kesehatan global merekomendasikan pemerintah hanya membuka kembali jika penularan terkendali, dan jika sistem kesehatan mereka cukup mampu mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan mengobati kasus. Beberapa negara yang dibuka kembali belum memenuhi tolok ukur ini, yang berarti, kata Rimal, "ada setiap kemungkinan kita dapat melihat lonjakan Covid-19."

Tetapi banyak pemerintah di Asia Tenggara mungkin tidak punya banyak pilihan. Pasokan vaksin tetap rendah di wilayah tersebut, diperburuk oleh penundaan berulang dan kekurangan global.

Beberapa negara lambat untuk mendapatkan dosis, membuat mereka tidak siap ketika gelombang terbaru melanda -dan beberapa negara berpenghasilan menengah- termasuk Thailand dan Malaysia -tidak memenuhi syarat untuk tarif bersubsidi dari inisiatif vaksin COVAX di seluruh dunia.

Menunggu permintaan global mereda dan pasokan terbuka juga bukan pilihan; kehidupan dan mata pencaharian masyarakat telah sangat terganggu selama hampir dua tahun sekarang, dengan konsekuensi yang berpotensi mengerikan jika mereka tidak diizinkan untuk melanjutkan.

"Jutaan orang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka," kata Rimal. "Ada tenaga kerja besar di Asia yang bergantung pada upah harian, dan mereka terpengaruh karena penurunan ekonomi ini."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: