Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IETD 2021 Berakhir, ICEF dan IESR Berikan 10 Rekomendasi Transisi Energi di Indonesia

IETD 2021 Berakhir, ICEF dan IESR Berikan 10 Rekomendasi Transisi Energi di Indonesia Kredit Foto: Bethriq Kindy Arrazy

Keenam, peningkatan adopsi kendaraan listrik dengan membangung ekosistem kendaraan listrik. Fabby mengatakan hal tersebut juga perlu dikombinasikan dengan kebijakan akselerasi kendaraan listrik dengan pelarangan penggunaan kendaraan konvensional baik dari kawasan tertentu, pembatasan tahun, hingga penerapan standar efisiensi bahan bakar fosil dengan listrik. Selain itu, dengan perlunya dukungan industri baterai dalam negeri secara nasional agar dapat memaksimalkan potensi ekonomi.

Ketujuh, penentuan peran bahan bakar bersih yang jelas dalam dekarobonisasi menyeluruh sistem transportasi. Fabby memprediksikan kendaraan listrik akan lebih mendominasi dibandingkan kendaraan berpenumpang berdasarkan tren saat ini.

Baca Juga: Investasi Energi Terbarukan Terus Meningkat, di Indonesia Penuh dengan Tantangan

Karena itu, bahan bakar bersih perlu dipikirkan, terutama dekarbonisasi sektor transportasi yang tidak bisa dengan mudah itu digantikan listrik, di antaranya seperti transportasi laut, alat berat, pesawat terbang yang tidak mudah digantikan listrik. Di sisi lain, hal tersebut dapat disiasati dengan penggunaan bahan bakar nabati di Indoensia karena memiliki sumber daya melimpah.

Kedelapan, dukungan kebijakan, integrasi, dan kolaborasi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk mendorong iklim investasi terhadap energi terbarukan. Dengan target jangka pendek, yakni sebesar 23 persen tahun 2025, diperlukan adanya upaya untuk memperbaiki iklim investasi dan mendorong EBT lebih besar. Salah satunya dengan mendukung komitmen pemerintah dalam jangka panjang melalui kebijakan yang memberikan kejelasan agar memberikan keyakinan kepada investor atau pengembang EBT di Indonesia.

Kesembilan, pengembangan industri rendah karbon sebagai industri prioritas nasional. Berdasarkan sejumlah kajian yang ditemukan Fabby, perekonomian dapat tumbuh jika menggunakan pendekatan pertumbuhan energi rendah karbon. Di Indonesia saat ini sudah teridentifikasi seperti industri baterai, industri kendaraan listrik, industri BBM bersih, industri modul, dan sel surya.

Oleh sebab itu, strategi tersebut perlu dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan juga Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang berbasis pada kebutuhan energi yang perlu diselaraskan dengan rencana riset dan pengembangan teknologi dalam negeri serta komersialisasi dan peningkatan skala proyek teknologi domestik.

Kesepuluh, penyiapan tenaga kerja lokal untuk industri rendah karbon di masa depan. Hal utama yang perlu dilakukan adalah dengan menyiapkan kemampuan yang dibutuhkan untuk tenaga kerja Indonesia. "Agar bisa siap masuk ke industri rendah karbon yang akan muncul seiring proses transformasi ekonomi," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2021 yang diselenggarakan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) dan Institute for Essential Service Reform (IESR), yang diselenggarakan sejak 20-24 September 2021, hari ini dinyatakan berakhir.

Serangkaian kegiatan IETD yang diselenggarakan selama 5 hari tersebut secara keseluruhan memuat sebanyak 13 sesi utama dan sesi tambahan yang melibatkan sebanyak 80 pembicara dan panelis terkemuka nasional dan internasional, dengan jumlah partisipan sebanyak 1.500 pengguna di seluruh dunia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: