Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Amerika Gagal Latih Militer Afghanistan dan Irak, Lihat Dampak yang Terjadi...

Ketika Amerika Gagal Latih Militer Afghanistan dan Irak, Lihat Dampak yang Terjadi... Kredit Foto: US Army Photo/Carrie David Campbell
Warta Ekonomi, Teheran -

Komandan Markas Besar Khatam al-Anbiya, Gholam Ali Rashid, berpendapat, pasukan yang dilatih oleh Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dan Irak gagal menjalankan misi untuk memerangi teroris. Dia mencontohkan pasukan Afghanistan yang gagal membendung pergerakan Taliban ketika pasukan AS meninggalkan negara itu. 

"Hari ini, kita melihat bahwa tidak ada yang bisa melawan (membela negaranya) dengan (berpegang pada) pemikiran dan metode Amerika ketika tentara yang dilatih AS runtuh di Irak melawan ISIL dan di Afghanistan melawan Taliban," ujar Rashid, dilansir Sputnik News, Senin (27/9/2021). 

Baca Juga: Gak Peduli Amerika Meradang, Erdogan Tetap Borong Rudal S-400 Rusia

Taliban melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah Afghanistan, ketika pasukan AS mulai menarik diri dari negara tersebut. Tentara Afghanistan menyerahkan provinsi dan sejumlah distrik utama kepada Taliban tanpa perlawanan. Bahkan, banyak pasukan Afghanistan yang berpindah pihak dalam konflik tersebut.  

Taliban dengan mudah merebut Kabul pada 15 Agustus, dengan mengatakan bahwa perang telah berakhir. Sementara mantan Presiden Ashraf Ghani, melarikan diri ketika Taliban memasuki Kabul.

Pada 30 Agustus, Pentagon mengkonfirmasi bahwa kehadiran AS selama hampir 20 tahun di Afghanistan berakhir. Hal ini ditandai dengan terbangnya pesawat Boeing C-17 terakhir dari Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul.  

Pasukan AS menginvasi Afghanistan di bawah pemerintahan mantan Presiden George W. Bush pada 2001. Invasi tersebut sebagai bagian dari misi "Perang Melawan Teror" setelah serangan teroris 9/11 yang didalangi oleh Alqaeda. 

Invasi tersebut mengakibatkan kematian 2.448 prajurit AS dan lebih dari 47.200 warga sipil Afghanistan. Invasi juga merugikan pembayar pajak sekitar 2,261 triliun dolar AS.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meyakinkan Presiden Irak Barham Salih bahwa, misi tempur AS melawan ISIS belum berakhir. AS akan beralih ke fase baru berdasarkan peningkatan kemampuan Pasukan Keamanan Irak.

Saat ini diperkirakan ada 2.500 tentara AS di Irak yang membantu pasukan lokal untuk melawan ISIS. Presiden AS Joe Biden mengatakan, misi Amerika di Irak akan berakhir pada akhir tahun ini.  Menurut Biden, setelah 31 Desember 2021, AS akan beralih untuk melatih dan membantu pasukan Irak untuk mengatasi gerakan teroris.

AS telah mempertahankan kehadiran pasukan di Irak sejak Maret 2003. Pada saat itu, AS mengerahkan puluhan ribu pasukan sebagai bagian dari upaya yang lebih besar untuk menggulingkan Presiden Irak Saddam Hussein, dan melucuti Baghdad dari senjata pemusnah massal, yang keberadaannya tidak pernah dikonfirmasi.

Pada 2017, Irak dan AS mengumumkan bahwa ISIS telah dikalahkan. Tetapi pasukan tempur Amerika tetap berada di Irak. AS membenarkan bahwa kehadiran mereka bertujuan untuk mengatasi ancaman yang muncul dari sisa-sisa kelompok teroris.

Setelah pembunuhan terhadap jenderal tertinggi Iran, Qasem Soleimani pada Januari 2020, parlemen Irak mengadopsi resolusi yang menuntut agar semua pasukan Amerika diusir dari Baghdad.

Sejak saat itu, Pentagon mulai mengurangi jumlah pasukan dari 5.300 menjadi 2.500. Selain itu, Pentagon juga menyerahkan beberapa pangkalan utama kepada pasukan Irak, tetapi menolak tuntutan parlemen untuk meninggalkan negara itu sepenuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: