Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Catat! Stunting dan TBC Bukan Hanya Persoalan Warga Miskin

Catat! Stunting dan TBC Bukan Hanya Persoalan Warga Miskin Kredit Foto: Pexels/cottonbro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Stunting dan tuberkulosis (TBC) menjadi dua permasalahan serius bidang kesehatan yang dialami oleh bangsa Indonesia.

Presiden Jokowi menargetkan penurunan stunting bisa mencapai angka 14 persen pada tahun 2024. Sedangkan eliminasi TBC, diharapkan terjadi pada tahun 2030.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyelenggarakan sosialisasi Peraturan Presiden No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dan Peraturan Presiden No. 68/2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis kepada seluruh Biro Kesejahteraan Rakyat Provinsi/Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Penting untuk Kesehatan, Rumus 10-3-2-1 Bisa Bantu Mendapatkan Tidur Lebih Nyenyak

Menko PMK Muhadjir Effendy menjelaskan, sosialisasi itu sebagai upaya mendukung komitmen Presiden Jokowi untuk mempercepat penurunan angka stunting  dan memperkuat penanggulangan TBC. Sebagaimana tertuang dalam kedua perpres tersebut.

“Saya pikir, sangat bijak Bapak Presiden menurunkan dua Perpres itu secara berbarengan di saat peringatan 17 Agustus yang ke-76. Kita memang harus betul-betul memberi perhatian terhadap dua isu besar yang bisa berpengaruh terhadap performance atau kinerja dari SDM kita ke depannya,” ujar Menko PMK, dalam arahan sosialisasi perpres pada Selasa (28/9).

Ditegaskan, stunting dan TBC tidak hanya terjadi di daerah yang menjadi kantong-kantong kemiskinan. Namun, stereotip itu yang kemudian berkembang di lingkungan masyarakat pada umumnya.

“Dua-duanya berada dalam kategori tertentu, biasanya di lingkungan yang kumuh atau kantong-kantong kemiskinan. Akan tetapi tidak selalu terjadi seperti itu. Ada faktor-faktor di luar kekumuhan, yang bisa menjadi penyebab stunting maupun TBC,” kata Muhadjir.

Baca Juga: Penting! Kaki Penderita Diabetes Sering Bengkak? Mungkin Ini Penyebabnya

Muhadjir menjelaskan, salah satu yang dituding menjadi penyebab lahirnya generasi stunting adalah kurangnya pengetahuan remaja. Khususnya remaja putri, mengenai bahaya diet ekstrem.

Diet yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan, biasanya akan menyebabkan seseorang menderita anemia.

Remaja putri yang menderita anemia, sangat berisiko. Terutama, jika kelak hamil dan mengandung buah hati calon generasi penerus bangsa.

“Stunting bisa terjadi, sekalipun calon ibu berasal dari keluarga mampu. Kurangnya informasi yang cukup tentang bagaimana diet yang baik, bisa mengakibatkan stunting,” jelas Muhadjir.

Hal yang sama, juga bisa terjadi pada kasus TBC. Karena itu, bekal pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang pentingnya mencegah stunting maupun TBC sejak dini kepada masyarakat, sangat penting.

“Dukungan dari pemerintah daerah juga sangat penting. Strategi yang dilakukan harus melibatkan semua pihak. Apalagi, saat ini kita masih dihadapkan pada masalah pandemi Covid-19 yang tidak kalah menyedot perhatian kita semua,” tegasnya.

Baca Juga: Penderita Diabetes Mengalami Kaki Bengkak? Ini Tips yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasinya

Berdasarkan data Litbang Kemenkes, angka stunting pada tahun 2020 diprediksi mencapai 26,92 persen. Sementara notifikasi kasus TBC, mengalami peningkatan signifikan sejak tahun 2017 dengan perkiraan 33 persen kasus masih belum terlaporkan, dan angka keberhasilan pengobatan masih berada di angka 83 persen. Serta 11.463 kasus TBC resisten obat (TBC-RO).

Sesuai amanat Perpres, Presiden telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai pelaksana dan penanggung jawab percepatan penurunan stunting.

Sedangkan penanggulangan TBC, penanggung jawabnya adalah Kementerian Kesehatan.

Baca Juga: Mengalami Nyeri Otot Setelah Terkena Covid-19? Mungkin Ini Penyebabnya

BKKBN dan Kemenkes, keduanya berada di bawah koordinasi Kemenko PMK. [DIR]

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: