Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Luruskan 'Lagu Lama' Gatot, Persaingan di TNI Bukan Komunisme, Tapi Faksi di Internal AD

Luruskan 'Lagu Lama' Gatot, Persaingan di TNI Bukan Komunisme, Tapi Faksi di Internal AD Kredit Foto: Instagram Gatot Nurmantyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) Hendrajit berusaha menangkap makna di balik tuduhan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang terus memutar lagu lama bahwa komunisme bangkit tiap 30 September.

Ia menilai tuduhan Gatot soal penyusupan komunisme ke tubuh TNI memang tak punya argumentasi kuat, meski teror komunisme tak bisa dilupakan begitu saja.

"Tanpa bermaksud mengabaikan tragedi yang dialami bangsa kita pada September 1965, sinyalemen pak Gatot terkait penyusupan komunis ke TNI sama sekali tidak kontekstual," ujar Hendrajit.

Hendrajit menganalisa, konteks tuduhan Gatot lebih kepada persaingan di tubuh TNI, utamanya TNI AD. Menurutnya, persaingan ini berlangsung berkepanjangan.

"Kalau mau bicara tentang konflik internal yang laten di internal Angkatan Darat dari semenjak merdeka sampai sekarang, justru antara eksponen Kodam Diponegoro, Kodam Siliwangi dan Kodam Brawijaya," ungkap Hendrajit.

Hendrajit menjelaskan, ada sesuatu yang sensitif di alam bawah sadar para perwira tiga Kodam tersebut. Yaitu pola pikir PETA atau tentara didikan Jepang, dan pola pikir KNIL atau tentara didikan Belanda.

Persaingan yang bertumpu pada isu tersebut kemudian dibungkus dalam persaingan antara kubu Diponegoro vs Siliwangi, khususnya di masa Presiden Soeharto.

"Maka, menarik ketika ada pertanyaan dari petinggi TNI kepada pak Harto ihwal peta politik TNI kala itu. Pak Harto dengan enteng jawab: 'saya kira masih sama kayak dulu. Siliwangi itu PSI, Brawijaya itu PNI, dan Diponegoro itu PKI,'" ujar Hendrajit mengutip kata-kata Soeharto.

Oleh karena itu, Hendrajit memandang persaingan di internal TNI lebih nyata ketimbang antara faksi komunis vs non-komunis.

"Artinya dari pemetaan beliau itu, pak harto mau bilang dua hal. Pertama, beliau di atas semua faksi itu. Kedua, konflik internal di TNI itu sejatinya ada. Tapi tidak sesederhana antara komunis vs non komunis," katanya.

Hendrajit menceritakan, pernah terjadi pertarungan faksi di TNI AD dalam kasus PRRI PERMESTA. Kemudian pada pemberontakan DI/TII juga diwarnai konflik internal antara para perwira Siliwangi eksponen KNIL dan anti laskar, dan para perwira PETA yang pada dasarnya bersimpati pada laskar.

"Hanya saja karena basis DI/TII di Jabar, maka Siliwangi lah yang berperan dalam penumpasan," ucap Hendrajit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: