Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sentil Pemerintahan Jokowi, Ketum Partai Ummat Sebut 'Obati Kanker dengan Koyo'

Sentil Pemerintahan Jokowi, Ketum Partai Ummat Sebut 'Obati Kanker dengan Koyo' Kredit Foto: Antara/Biro Pers dan Media Setpres
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Partai Ummat, Ridho Rahmadi, akhirnya muncul ke publik pascadeklarasi partai tersebut. Menurut menantu Amien Rais ini, partainya siap untuk berkompetisi pada Pemili 2024.

"Insyaallah Partai Ummat siap," kata Ridho di Kantor DPP Partai Ummat, Jakarta, Jumat (8/10).

Baca Juga: Keras! Ferdinand Hutahaean Ingatkan Amien Rais: Harus Tahu Diri!

Ridho menjelaskan, saat ini sedang fokus merampungkan keanggotaan partai dengan kartu tanda anggota (KTA) sesuai aturan KPU. "KTA ditargetkan selesai Desember 2021 hingga Januari 2022. Pendaftaran secara online dan offline di daerah masih terus berjalan," ujar Ridho.

Dia menegaskan, pihaknya menyiapkan berkas verifikasi keanggotaan partai melebihi target dalam peraturan KPU. Alasannya, kemungkinan dalam verifikasi faktual nantinya sebagian kecil pasti ada kegagalan.

Ridho juga menyinggung soal konflik agraria di era Pemerintahan Jokowi. Berdasarkan data yang dihimpun Partai Ummat, menunjukkan dalam lima tahun terakhir telah terjadi 2.288 konflik agraria.

Sebanyak 1.437 orang mengalami kriminalisasi, 776 orang mengalami penganiayaan, 75 orang tertembak, dan 66 orang tewas. "Mereka adalah korban ketidakadilan struktural, tetapi pemerintah masih berkilah dan memberikan kesan seolah-olah mereka korban konflik horizontal," kata Ridho.

Ridho mengatakan, realita penguasaan tanah saat ini sebagian besar di tangan cukong atau korporasi. Padahal, angka rakyat yang hidupnya bergantung pada pertanahan baik itu perkebunan dan pertanian tidak bisa dikatakan sedikit.

"Lebih dari 16 juta rumah tangga petani yang menggantungkan hidupnya dari bertani, masing-masing hanya menguasai lahan di bawah setengah hektare," jelasnya.

Ridho mengibaratkan cara pemerintah menyelesaikan konflik agraria selama ini tidak ubahnya seperti mengobati kanker stadium lanjut dengan menempelkan koyo pada bagian tubuh yang sakit. "Untuk menutupi wajah konflik agraria yang sudah pucat-pasi digerogoti kanker ganas, mereka memoleskan lipstik di bibir untuk menyembunyikan kenyataan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: