Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kolom Yuswohady: Komunitas Driver Pasar Muslim

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta- Melalui riset pada bulan April-Mei 2014 terhadap konsumen kelas menengah muslim, Inventure memperoleh satu temuan penting yaitu adanya spiritual value yang kini turut mempengaruhi pengambilan keputusan kelas menengah muslim dalam berbelanja dan mengonsumsi. Spiritual value adalah berbagai nilai-nilai keislaman yang mempengaruhi konsumen kelas menengah muslim dalam melakukan berbagai kegiatan belanja dan konsumsi.

Ada beragam contoh spiritual value yang kami temukan melalui riset tersebut. Di antaranya adalah:  (1) ketenangan jiwa, (2) perasaan dekat dengan Sang Pencipta, (3) menemukan kepasrahan dan keikhlasan hidup di dunia, atau (4) keyakinan kelak masuk surga berkat investasi amalan-amalan ibadah yang sudah ditanamkan di dunia. Spiritual value memberikan pengaruh besar dalam pergeseran pola konsumsi kelas menengah muslim. 

Yang membuat temuan ini semakin menarik adalah bahwa konsumen kelas menengah yang kini semakin knowledgeable serta semakin technology-savvy kini justru semakin mencari manfaat spiritual (spiritual benefit) dari produk/layanan yang mereka pilih, beli dan konsumsi. Kami menengarai konsumsi produk dan jasa adalah bagian dari kegiatan ibadah dalam rangka mentaati perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Jadi, sudah ada niat konsumen untuk melaksanakan amalan ibadah yang diintegrasikan ke dalam pengambilan keputusan belanja, proses belanja itu sendiri hingga bagaimana barang atau jasa tersebut dikonsumsi. Khususnya produk dan jasa yang telah menjalankan kepatuhan (compliance) terhadap nilai-nilai Islam. Hal ini berlaku untuk produk makanan dan minuman halal, busana muslim/muslimah, kosmetik halal, jasa keuangan syariah, ibadah haji/umrah, dan lain sebagainya.

Secara inheren, ini merupakan wujud keimanan kepada Tuhan. Atas dasar kesamaan tujuan (shared purpose) menaati perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan Nya inilah yang kemudian menjadikan kaum muslim sebagai sebuah komunitas yang besar. Tak ayal, pendekatan komunitas adalah strategi yang paling tepat dalam menggarap pasar muslim. Berikut adalah beberapa format komunitas muslim dengan fondasi spiritual value yang kami temukan selama meriset kelas menengah muslim:

 

Komunitas Hijabers

Berhijab itu keren tidak hanya dikarenakan oleh desain hijab itu sendiri yang moderen, tapi juga karena kegiatan berkomunitas para hijabers itu sendiri memang terbilang cool. Mereka tidak lagi mengisolasi diri dengan kegiatan agama semata (eksklusif), melainkan juga berbagai kegiatan di beragam lapangan kehidupan (inklusif). Semisal pengajian, kewirausahaan, pameran busana muslim, arisan, talkshow pengetahuan umum, kegiatan amal sosial, tutorial hijab, dan sebagainya. Beragamnya kegiatan komunitas menjadi daya tarik bagi para hijabers untuk berekspresi diri tanpa meninggalkan kehidupan religius.

 

Komunitas Pengajian

Tidak sedikit orang melakukan ibadah umrah secara berkelompok dengan teman-teman di komunitas pengajian. Hal ini dilakukan agar anggota kelompok pengajian itu bisa melakukan ibadah umrah secara bersama-sama dan dibimbing oleh sang ustad yang sudah dikenal dan biasa kerap mengisi pengajian di kelompoknya. Dengan beribadah ramai-ramai dan dibimbing oleh ustad yang dikenalnya, para anggota komunitas pengajian ini pun merasa nyaman dalam melakukan perjalanan dan ibadahnya.

 

Komunitas Halal

Semangat dari berbagai komunitas halal sebenarnya sama, yaitu berbagi informasi sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai konsep halal. Komunitas halal ini menjadi medium yang ampuh dalam mengampanyekan makanan halal. Ada spiritual connection yang menghubungkan antara seorang muslim dengan muslim yang lain. Yaitu, perasaan bersaudara di kalangan umat Islam menjadikan mereka berkewajiban untuk saling mengingatkan dan melindungi, termasuk dalam hal mengonsumsi makanan yang halalan thayyiban (halal dan yang baik). Ini adalah wujud perasaan senasib sepenanggungan kepada sesama saudara seiman.

Jenis-jenis komunitas di atas selain berperan ciamik dalam melakukan pendekatan marketing, ternyata juga sangat tepat dalam meningkatkan penjualan dari produk atau jasa tertentu. Semisal komunitas pengajian yang tepat untuk jasa travel umroh. Selain komunitas sebagai marketing approach  terhadap pasar muslim, ada beberapa format lain yang turut mempengaruhi dinamisnya pasar muslim saat ini. Di antaranya adalah artis dan dai, serta majalah fesyen hijab.

 

Artis dan Dai sebagai Role Model

Kisah inspiratif dan kepercayaan diri para artis papan atas mengenakan hijab itu menjadi alasan penguat konsumen muslim, khususnya kaum hawa untuk mengenakan hijab. Seperti Fatin, Dewi Sandra dan Inneke Koesherawati. Ketiganya, kini bahkan berperan sebagai brand ambassador yang kerap menghiasi iklan-iklan fesyen muslim atau kosmetik halal. Meski bulan Ramadhan telah berlalu, format role model masih relevan.

 

Majalah Fesyen Hijab Semakin Ngetren

Maraknya terbitan majalah dengan segmen para hijaber, maka hal ini menandakan banyaknya jumlah pembaca terhadap majalah-majalah itu. Sebagian besar isi majalah fesyen muslim memaparkan berbagai perkembangan hijab yang saat ini sedang digandrungi oleh konsumen dan menampilkan foto model atau artis dengan mengenakan hijab terbarunya.

Konsistensi pasar muslim tidak lagi hanya marak selama bulan Ramadhan saja, tetapi hingga seterusnya di sepanjang waktu. Hal ini disebabkan oleh keberadaan spiritual value sebagai value baru yang hadir di tengah-tengah konsumen muslim, serta tumbuh kembangnya beragam komunitas dengan basis spiritual value ini yang dapat menjadi pijakan bagi para marketer dalam menarget serta menggarap pasar muslim.

 

Managing Partner, Inventure Yuswohady & Business Analyst, Inventure Ikhwan Alim

Sumber: Majalah Warta Ekonomi No 16 Tahun 2014

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Arif Hatta

Advertisement

Bagikan Artikel: