Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pandemi Covid-19 Mengakibatkan Orang Berusia 15 Tahun ke Atas Berpotensi Alami Stres

Pandemi Covid-19 Mengakibatkan Orang Berusia 15 Tahun ke Atas Berpotensi Alami Stres Kredit Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
Warta Ekonomi -

Kesehatan mental masih menjadi suatu hal yang tabu di tengah masyarakat dan kerap diasosiasikan dengan “sakit jiwa”. Padahal, kesehatan mental melingkupi banyak aspek dan dengan tingkat kondisi yang berbeda-beda.

Terlebih lagi kondisi masyarakat semenjak pandemi turut terdampak. Pembatasan mobilitas, serta kondisi ekonomi yang memburuk menyebabkan sebagian masyarakat tanpa sadar mengalami gangguan kondisi kesehatan mental, seperti stres dan depresi.

Baca Juga: Apakah Penderita Diabetes Harus Melakukan Amputasi?

Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kini masyarakat masih berjuang mengendalikan penyebaran virus Covid-19.

Namun demikian, di tengah masyarakat juga telah menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidakpastian.

Menurutnya hal-hal ini berdampak terhadap terjadinya peningkatan masalah dan gangguan kesehatan mental di masyarakat.

"Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk di atas usia 15 tahun mengalami depresi," terang dr. Maxi Rein, Selasa (12/10).

Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, 3 Ciri Perilaku Ini Merujuk Kondisi Stres pada Anak

Dampak kesehatan mental tersebut juga berbahaya bagi jiwa. Berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, jumlah kasus bunuh diri mencapai 1.800 orang per tahun.

"Artinya, setiap hari ada 5 orang yang melakukan bunuh diri. Sementara itu sebanyak 47,7% korban bunuh diri ini berusia rata-rata 10-39 tahun yang berarti merupakan usia anak remaja dan usia produktif," lanjutnya.

Survei lain yang lebih terkini pernah juga dilakukan pada Mei 2021 oleh Yayasan Insan Teman Langit atau Into the Light bersama Change.org Indonesia.

Dari total 5.211 responden, sebanyak 98% merasa kesepian dalam satu bulan terakhir.

Bahkan, 2 dari 5 responden merasa lebih baik mati dan ingin melukai diri dalam dua minggu terakhir. Hal ini membuktikan, masyarakat masuk perlu literasi tentang bunuh diri.

Baca Juga: Meski Enak dan Lezat, Ini Daftar Makanan dan Minuman yang Perlu Dihindari Penderita Diabetes

"Sebanyak 86% responden menanggapi orang yang pernah terbesit untuk bunuh diri akan selalu berpikir dan berusaha melakukannya. Sekitar 66% partisipan menganggap bicara soal bunuh diri akan meningkatkan risiko bunuh diri. Padahal kedua penilaian tersebut tidak benar," jelasnya.

Mereka juga mengaku tak memilih mengakses layanan kesehatan. Mayoritas responden menyatakan faktor utamanya adalah ekonomi. (*)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: