Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Catat! Arab Saudi Akhirnya Izinkan Umrah ke Jamaah Indonesia yang Vaksin Sinovac

Catat! Arab Saudi Akhirnya Izinkan Umrah ke Jamaah Indonesia yang Vaksin Sinovac Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Akhirnya Kerajaan Arab Saudi membolehkan Jamaah Indonesia yang divaksin Sinovac untuk umrah. Luluhnya Saudi tak lepas dari lobi yang dilakukan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Saudi selama ini sangat ketat dalam membuka pintu negaranya untuk jamaah Umrah. Bahkan, Saudi melarang jamaah Indonesia untuk umrah. Salah satu alasannya soal merek vaksin. Kerajaan yang dipimpin Raja Salman itu tidak mengakui vaksin Sinovac buatan China yang dipakai rakyat Indonesia.

Pemerintah Indonesia yang diwakili Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terus melakukan lobi-lobi dengan otoritas Saudi.

Akhirnya, Saudi mulai membuka pintu untuk jamaah umrah Indonesia. Namun, mereka tetap meminta jamaah Indonesia disuntik vaksin ketiga alias booster dengan vaksin yang diakui mereka.

Tak puas, pemerintah Menkes cs kembali melakukan lobi-lobi dengan otoritas Saudi. Upaya ini akhirnya berbuah manis. Saudi pun membolehkan jamaah Indonesia masuk tanpa harus booster. Meski begitu jamaah Indonesia harus dikarantina dulu lima hari.

Kabar baik itu disampaikan BGS-sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin dalam video konferensi pers, Senin (18/10).

Dalam kesempatan itu BGS cerita sering berkomunikasi dengan Menteri Haji Arab Saudi, Tawfiq bin Fawzan al-Rabiah. Usut punya usut, BGS berkawan baik dengan Tawfiq. Karena sebelum menjabat sebagai menteri haji, Tawfiq merupakan menteri kesehatan Saudi.

“Jadi, teman saya itu baru dipromosikan jadi menteri haji. Kami sudah beberapa kali melakukan pembicaraan via telepon dan meeting (pertemuan). Sekali di Roma, Italia. Baliau janji bantu. Sampai sekarang Sinovac bisa. Tapi harus karantina lima hari,” beber BGS.

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu mengatakan, syarat karantina sebagai win-win solution. Meski menambah jangka waktu kepulangan ke Tanah Air. Lagipula, dengan lima hari karantina, jamaah Indonesia bisa menghilangkan rindu ibadah di Tanah Suci. Belum lagi ganjaran atas ibadah di depan Kabah.

“Jadi buat teman-teman yang mau ke Saudi, sudah ada cara. Meskipun karantina lima hari. Tapi kan kalau shalat di sana kan berlipat-lipat kali pahala. Jadi tidak apa-apa ya karantina lima hari,” imbuhnya.

Ketua Komisi VIII DPR, Yandri Susanto mengapresiasi, hasil lobi yang dilakukan Menkes. Menurutnya, apapun yang didapat dari negosiasi pemerintah Indonesia-Saudi merupakan hasil terbaik saat ini.“Ya kita syukuri kalau Sinovac sudah diakui. Karantina lima hari kalau memang itu standar kesehatan, apalagi untuk antisipasi penyebaran Covid-19, saya kira tidak apa-apa. Ini tentu akan menambah biaya umrah,” ujarnya saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Meski begitu, Yandri merasakan, kekhawatiran umat muslim di Indonesia jika durasi umrah diperpanjang. Karena bisa menyebabkan membengkaknya biaya umrah. Di satu sisi ingin beribadah ke Tanah Suci. Di sisi lain, agak berat mengeluarkan biaya terlalu besar di tengah kesulitan ekonomi selama dilanda pandemi.

Politikus PAN ini menawarkan salah satu opsi, dengan harapan bisa menjadi solusi. Untuk menekan biaya umrah yang diprediksi membengkak, ada baiknya proses karantina lima hari digratiskan. Misalnya, memaksimalkan Asrama Haji Pondok Gede dan Bekasi.

“Atau pihak travel secara terbuka, dan transparan terkait biaya umrah. Sehingga diserahkan sama calon jemaah untuk menentukan keputusan,” pungkas Yandri. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: