Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Malaysia Ketar-Ketir dengan Perlombaan Senjata Nuklir di Asia Usai AUKUS

Malaysia Ketar-Ketir dengan Perlombaan Senjata Nuklir di Asia Usai AUKUS Kredit Foto: Unsplash/Mkjr
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Malaysia dan Indonesia mengkhawatirkan keputusan Australia untuk memiliki kapal selam bertenaga nuklir meski tanpa dilengkapi dengan senjata nuklir.

Merujuk kepada AUKUS, pakta pertahanan tiga negara yang disetujui bulan lalu antara Australia, Amerika Serikat dan Inggris, Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan negerinya dan Indonesia mengkhawatirkan dampak dari persetujuan tersebut.

Baca Juga: Lagi-lagi Pakar Bilang AUKUS Seharusnya Jadi Peringatan Keras buat Indonesia

"Kami sepakat soal isu terbaru di kawasan berkenaan dengan sebuah negara di kawasan membeli kapal selam bertenaga nuklir," kata Menlu Saifuddin dalam jumpa pers bersama setelah bertemu dengan Menlu Indonesia Retno Marsudi di Jakarta.

"Meski negara tersebut tidak memiliki kapasitas untuk membuat senjata nuklir, kami tetap prihatin dan khawatir.'

Indonesia sebelumnya bulan lalu sudah menyatakan kekhawatirannya bahwa AUKUS akan membuat terjadinya perlombaan pengembangan senjata di kawasan. 

Pakta AUKUS itu muncul di saat semakin meningkatnya ketegangan di kawasan Laut China Selatan dan Timur, jalur yang menjadi salah satu jalur penting perdagangan dunia, yang meliputi dari 30 persen perdagangan global.

Negara ASEAN lainnya, Filipina yang menjadi sekutu pertahanan Amerika Serikat di sisi lain mendukung AUKUS dengan mengatakan hal tersebut memberikan perimbangan kekuatan terhadap China yang bertindak semakin agresif.

Malaysia sebelumnya sudah mengatakan akan mencari pandangan mengenai hal ini dari China dan anggota ASEAN.

Dalam pertemuan mereka, kedua Menlu juga menyampaikan kekecewaan dengan tidak banyak kemajuan yang diperlihatkan oleh junta militer di Myanmar dalam menerapkan rencana perdamaian yang sudah disepakati dengan ASEAN.

Hari Jumat lalu, ASEAN memutuskan untuk tidak mengundang pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta 1 Februari lalu untuk menghadiri pertemuan ASEAN.

Ini adalah tindakan yang jarang dilakukan ASEAN sebelumnya.

Menurut Menlu Indonesia Retno Marsudi, ASEAN akan terus menawarkan bantuan kemanusiaan kepada Myanmar

Kedua Menlu juga mengatakan mereka membicarakan mengenai dimulainya kembali koridor perjalanan antara Indonesa dan Malaysia, dan sepakat untuk menyelesaikan perbatasan laut kedua negara di Selatan Malaka bagian selatan dan di Laut Sulawesi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: