Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sekjen PDIP Kena 'Omel' Kader Demokrat: Hei Hasto, Bangun! Ko Tidor Terlalu Miring...

Sekjen PDIP Kena 'Omel' Kader Demokrat: Hei Hasto, Bangun! Ko Tidor Terlalu Miring... Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani merespons pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyinggung era pemerintah sebelum Presiden Jokowi. Hasto menyebut, pemerintahan sebelum Jokowi lebih banyak rapat, tapi tidak mengambil keputusan.

Menurut Kamhar, pernyataan Hasto tentang cara pengambilan keputusan presiden terdahulu sebelum Jokowi yang disebut kebanyakan rapat, tapi tidak mengambil keputusan salah sasaran. Ia berujar, tidak tepat jika pernyataan itu ditujukan Hasto kepada pemerintahan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca Juga: Mau Kembali ke Demokrat Kalau Jadi Ketum, Ferdinand: Ah, Hanya Candaan Itu, Tapi...

"Entahlah jika itu dimaksudkan kepada presiden terdahulu sebelum Pak SBY. Merujuk pada testimoni Pak JK yang pernah menjadi Wakil Presiden Pak SBY dan juga pernah menjadi Wapres Pak Jokowi, bahwa di zaman SBY lebih ringkas, lebih terarah, dan lebih cepat dalam mengambil keputusan. Kalau zamannya Pak Jokowi, semua soal dirapatkan. Jadi dalam seminggu rapatnya bisa empat sampai lima kali," kata Kamhar kepada wartawan, Jumat (22/10/2021).

Kamhar mengatakan, menjadi wajar jika kepemimpinan SBY lebih efektif dan lebih cepat dalam pengambilan keputusan. Ia berujar hal itu tidak terlepas dari rekam jejak SBY yang memang sudah terbiasa dan terlatih menjadi pemimpin, termasuk saat menjadi taruna Akmil.

Tak hanya itu, SBY disebutnya juga memiliki latar belakang pendidikan sebagai Master of Art dari Management Webster University AS dan Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari IPB.

"Jadi dalam hal kepemimpinan, kemampuan pengambilan keputusan, kecepatan dan kualitas keputusan, Pak SBY di atas rata-rata dan ini telah dibuktikan dengan 10 tahun kepemimpinannya telah menghantarkan Indonesia pada banyak capaian dan kemajuan," katanya.

Kamhar justru balik menyindir Hasto yang dianggap tidak tahu realita ihwal kepemimpinan era SBY. "Jadi sekali lagi, kalau yang dimaksudkan Hasto adalah Pak SBY, bukan hanya salah alamat. Mungkin Hasto sebelum pemerintahan Pak Jokowi hanya hidup di alam mimpi, tak mengenal realita. Karenanya, mengutip dan memodifikasi yang lagi viral dan kekinian di media sosial. Hei Hasto, bangun, ko tidor terlalu miring, bangun. Nanti ko pe otak juga ikutan miring," tandasnya.

Pernyataan Hasto Kristiyanto

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto membanggakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang mendapat apresiasi dunia terkait dengan penanganan pandemi Covid-19. Menurutnya, Jokowi merupakan pemimpin yang berbeda, ia justru membandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.

Hasto awalnya menyatakan, adanya apresiasi yang diterima Jokowi, PDIP sebagai partai pengusung mengaku bangga. Menurutnya, Jokowi sebagai pemimpin turun ke bawah, melihat akar persoalan pokok dari Covid-19 mencari solusi dimulai dari refocusing anggaran, kebijakan penyeimbang antara pembatasan sosial dan pertumbuhan ekonomi, serta terdepan dalam pengadaan vaksin.

Kemudian Hasto menilai Jokowi berbeda dengan pemimpin yang lain di mana disebut lebih punya kelebihan. Ia kemudian membandingkan dengan kepemimpinan pemerintahan 10 tahun sebelum Jokowi yang disebut terlalu banyak rapat tak ada keputusan.

"Pak Jokowi punya kelebihan dibanding pemimpin yang lain. Beliau adalah sosok yang turun ke bawah, yang terus memberikan direction, mengadakan ratas (rapat kabinet terbatas) dan kemudian diambil keputusan di rapat kabinet terbatas. Berbeda dengan pemerintahan 10 tahun sebelumnya, terlalu banyak rapat tidak mengambil keputusan," kata Hasto saat membuka Webinar Penganggaran Desa Wisata Perancangan Kebijakan Penganggaran Desa Wisata di kantor DPP PDIP, Kamis (21/10/2021).

Menurut Hasto, Jokowi setiap mengadakan rapat selalu mengambil keputusan yang bisa dijabarkan dalam perspektif koordinasi antara pusat dan daerah. Ia kemudian mencontohkan Jokowi bersama para pembantunya antara lain Menteri Luar Negeri, Menteri BUMN, Menteri Kesehatan, sebagai satu kesatuan tim kesatuan tim negosiator sehingga akhirnya Indonesia bisa mendapatkan vaksin. Dilanjutkan percepatan di dalam melakukan gerakan vaksinasi yang dilakukan seluruh elemen negara.

"Meskipun banyak kritik, Pak Jokowi tetap menampilkan seorang pemimpin yang tahan uji terhadap kritik dan terus berjuang melakukan tugas-tugasnya sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan," tuturnya.

"Tetap bergerak karena apa pun di tengah pandemi ini Pak Jokowi menerapkan suatu prinsip bagaimana keselamatan rakyat, keselamatan bangsa dan negara merupakan hukum tertinggi yang harus dijawab setiap pemimpin," sambungnya.

Hasto menambahkan, apa yang telah dilakukan Jokowi satu napas dengan kebijakan Megawati Soekarnoputri. Ia mengeklaim, hal tersebut merupakan satu perpaduan yang sangat sempurna.

"Selama pandemi, Ibu Megawati memberikan suatu arahan kalau kita bandingkan instruksi-instruksi yang diberikan partai politik di dalam mengatasi pandemi, maka Ibu Megawati lah yang paling detail," ungkapnya.

"Di tingkat nasional Pak Jokowi memberikan direction untuk menggerakkan seluruh elemen negara, menggerakkan seluruh elemen pemerintahan untuk membantu, termasuk kebijakan relokasi anggaran. Sementara, Ibu Megawati menggerakkan seluruh elemen kepartaian," katanya menambahkan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: