Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjawab Sindiran Hasto, Demokrat: Tol Dibangun 10 Triliun, karena Utang Dijual Laku Cuma 2 Triliun!

Menjawab Sindiran Hasto, Demokrat: Tol Dibangun 10 Triliun, karena Utang Dijual Laku Cuma 2 Triliun! Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra memberikan tanggapan atas pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang membandingkan era pemerintah SBY dan Jokowi.

Kata Hasto, di era SBY, sebagai pemimpin ia hanya rajin mengadakan rapat kabinet tapi ragu mengambil keputusan. Berbeda dengan pendahulunya, di era Jokowi keputusan dapat diambil dengan cepat dan tepat, sehingga kebijakan langsung dirasakan oleh rakyat.

Herzaky membantah pendapat Hasto tersebut, katanya, setiap presiden, punya tantangan dan prioritas berbeda di tiap jaman, termasuk kalau bicara soal prestasinya.

"Tentulah tiap era punya prestasinya masing-masing. Misal, di era Ibu Mega, sukses membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi. Era Bapak SBY, memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi. Ya, kalau era Bapak Joko Widodo, apakah KPK semakin kuat atau tidak, silahkan rakyat yang menilai," kata Herzaky dalam keterangan persnya.

Ia menambahkan di era Jokowi lebih memilih memperkuat program infrastruktur, seperti membangun bandara dan jalan tol-itu pun bagi Demokrat- era SBY hal tersebut sudah dilaksanakan.

"Ingat, Bandara-bandara megah dan ramai seperti Kuala Namu di Medan, Tanjung Pinang, Pekanbaru, Pagar Alam, dan Lampung, dibangun di era Bapak SBY.  Begitu pula dengan tol laut Mandara di Bali yang sangat bermanfaat untuk masyarakat dan belum ada tol serupa di era Bapak Jokowi," klaimnya.

Herzaky bahkan menyindir justru di era Jokowi lah pembangunan jalan tol dibuat dengan anggaran fantastis sebesar Rp 10 triliun yang bersumber dari utang. Lalu kemudian karena terjerat utang dijual laku hanya Rp 2 triliun.

"Yang kita ingat, ada tol yang dibangun di era Bapak Joko Widodo dengan biaya 10 triliun dan hampir hutang semua, lalu dijual dengan nilai 2 triliun saja. Kalau bahasa orang dulu, besar pasak daripada tiang," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: