Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Riset: Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan se-Asia Tenggara

Riset: Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan se-Asia Tenggara Kredit Foto: Unsplash/NordWood Themes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Achsanul Habib mempertanyakan tujuan Microsoft merilis riset terkait indeks tidak ramahnya warganet, salah satunya Indonesia.

Dalam Digital Civility Index (DCI), warganet Indonesia dinilai sebagai yang paling tak sopan se-Asia tenggara.

Baca Juga: Akun Instagram Resmi Humas Polda Kalteng "Ngamuk-Ngamuk" Gara-Gara Netizen Cuma Komentar ini...

"Indeks ini untuk apa? Sebab, indeks ini tak dipakai dalam hubungan antarpemerintah atau antarnegara," jelas Achsanul Habib dalam webinar Indonesia Foreign Policy Review (IFPR), Minggu (24/10/2021).

Achsanul mengatakan bahwa DCI tidak menetapkan cara antarnegara berinteraksi dan menjalin hubungan dalam digital informasi multilateral.

Namun, indeks tersebut tentu masih dapat digunakan pemerintah sebagai sebuah refleksi.

"Ini mungkin disebabkan oleh pandemi, sehingga banyak yang baru mulai menggunakan digital teknologi untuk berkomunikasi," ungkapnya.

Di sisi lain, hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia makin melek dengan adanya digital teknologi.

"Saya kira tak ada salah. Ukuran sopan atau tak sopan itu tak jadi instrumen dalam variabel penentuan kebijakan luar negeri Indonesia," bebernya.

Lebih lanjut, Achsanul memaparkan bahwa digital teknologi di tingkat global pun belum ada pengelolaannya.

"Tak ada itu namanya global governance dari penggunaan internet. Jadi, belum ada aturan bagaimana kita menggunakan internet di tingkat global yang menjadi norma standar interaksi," paparnya.

Oleh karena itu, tak adanya norma standar membuat ketidaksopanan tersebut bisa terjadi.

"Karena tak berpengaruh pada kebijakan luar negeri, tentu tak akan dibahas perihal hal itu. Sopan atau tak sopan juga tak memiliki ancaman tinggi, dibandingkan penyebaran berita bohong dan disinformasi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: