Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Undang Mahasiswa Kaji Perbandingan Jokowi-SBY, Hasto Sentil Suara Demokrat Pernah Naik 300%

Undang Mahasiswa Kaji Perbandingan Jokowi-SBY, Hasto Sentil Suara Demokrat Pernah Naik 300% Kredit Foto: Twitter/Hasto Kristiyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, mengaku terkejut dengan antusias banyaknya mahasiswa yang ingin mengambil pendidikan beasiswa pascasarjana atau S2 dan doktor (S-3). Hal itu setelah dirinya menawarkan bagi berbagai kalangan untuk mengambil kajian lewat disertasinya.

Kajian itu terkait perbandingan kepemimpinan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kata Hasto, mahasiswa peminat itu jumlahnya banyak dengan mencapai 53 orang.

Baca Juga: Demokrat dan SBY Diserang Lagi, Pasukan AHY Bongkar Kebobrokan Jokowi dan PDIP

"Sebagian besar mengambil program S2 dan S3 dan berasal dari kalangan perguruan tinggi ternama. Ada dari Universitas Indonesia, UGM, Universitas Airlangga, UIN Banda Aceh, hingga dari Oslo University, Manila University, Universiti Sains Malaysia," kata Hasto, dalam keterangannya, Senin, 25 Oktober 2021.

Hasto menyebut kajian penelitian ini juga mencakup ilmu pemerintahan, politik, kebijakan publik, kepemimpinan, psikologi, hingga kelembagaan organisasi pemerintahan. Menurut dia, tawaran atau ajakan ini bersifat pribadi. Pernyataan itu pun terlontar setelah menanggapi sindiran Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani yang menilai Hasto tertidur selama kepemimpinan SBY.

Untuk menguji hal tersebut, Hasto menyarankan lebih baik adanya kajian akademis. Para penerima beasiswa nantinya bisa bebas melakukan penelitian demi pengembangan ilmu pengetahuan.

Tentunya, kata dia, temuan atau perspektif para mahasiswa pascasarjana ataupun yang mengambil program doktor, bisa memberikan gambaran dari banyak hal dan kemudian terpublikasi secara akademik.

"Dalam kaitannya dengan kepemimpinan nasional, hasil penelitian itu nantinya sangat penting sebagai bagian pendidikan politik bangsa tentang proses menjadi pemimpin, kapasitas pemimpin, prestasi pemimpin, tanggung jawab dan bagaimana legacy seorang presiden diambil," tutur Hasto.

"Apakah kepemimpinan seorang presiden benar-benar untuk bangsa dan negara atau hanya untuk kepentingan popularitas semata," lanjut Hasto.

Hasto bilang, usul darinya ini sangat penting. Jika secara komprehensif ditarik, berbagai kajian terkait kualitas pemilu selama kepemimpinan seorang presiden sangat penting untuk dikaji.

Pun, ia menyindir dalam era demokrasi dengan kompetisi ketat seperti Pemilu 2009. Ia bilang ada satu partai politik mencapai kenaikan perolehan suara hingga 300 persen. Partai itu adalah Demokrat yang menjadi Pemenang 2009.

Hasto heran dengan kenaikan suara Demokrat yang saat itu mengusung SBY kedua kali sebagai Presiden RI. Keheranannya ini dengan bertanya kenaikan suara Demokrat yang sangat siginifikan itu hasil kerja organisasi atau campur tangan lain ikut terlibat.

Maka itu, Hasto tak mau berdebat kusir. Ia bilang lebih baik lewat riset dan analisis yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia. "Penelitian tentang kualitas pemilu sangat penting, mengingat saat ini sedang dibahas tahapan Pemilu," ujar Hasto.

Menurutnya, upaya peningkatan kualitas Pemilu menjadi tema kajian akademis sangat menarik karena objektif. Lalu, metodologinya bisa dipertanggungjawabkan secara akademis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: