Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kentang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes, Eitss… Kata Siapa? Anda Harus Pahami Dulu Hal Ini

Kentang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes, Eitss… Kata Siapa? Anda Harus Pahami Dulu Hal Ini Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kentang dikenal sebagai salah satu makanan sehat. Kentang sering dikonsumsi untuk menggantikan posisi nasi dalam makanan pokok karena dianggap lebih sehat. Kentang kaya akan potasium dan vitamin B, dan kulitnya adalah sumber serat yang bagus.

Meski tergolong sehat, kentang juga sering dikaitkan dengan kondisi diabetes. Banyak anggapan bahwa kentang harus dihindari oleh penderita diabetes. Apakah Ini Benar?

Baca Juga: Penderita Diabetes Makan Daging? Hmm, Penting! Pahami Dulu Tentang Hal Ini

Banyak orang berasumsi bahwa karena kentang mengandung karbohidrat yang tinggi, maka kentang tidak boleh dikonsumsi jika Anda menderita diabetes. Sebenarnya, penderita diabetes bisa makan kentang dalam berbagai bentuk, tetapi penting untuk memahami efeknya terhadap kadar gula darah dan ukuran porsi yang sesuai.

Kentang dan Gula Darah

Jika bicara tentang diabetes maka penanganan atau manajemen gula darah adalah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Diabetes adalah kondisi kesehatan kronis yang merujuk pada insulin yang tidak dapat lagi bekerja sebagai mana mestinya sehingga gula yang seharusnya menjadi energi malah menumpuk dan menimbulkan berbagai macam masalah.

Menyadur laman kesehatan Healthline, seperti makanan lain yang mengandung karbohidrat, kentang meningkatkan kadar gula darah.

Baca Juga: Mari Mengenal Koma Diabetes, Kondisi Parah yang Bisa terjadi pada Penderita Diabetes

Saat Anda memakannya, tubuh Anda memecah karbohidrat menjadi gula sederhana yang masuk ke aliran darah Anda. Inilah yang sering disebut lonjakan kadar gula darah

Hormon insulin kemudian dilepaskan ke dalam darah Anda untuk membantu mengangkut gula ke dalam sel Anda sehingga dapat digunakan untuk energi

Pada penderita diabetes, proses ini tidak seefektif itu. Alih-alih gula keluar dari darah dan masuk ke sel Anda, gula tetap beredar, menjaga kadar gula darah lebih tinggi lebih lama. Oleh karena itu, makan makanan tinggi karbohidrat dan/atau porsi besar dapat merugikan penderita diabetes.

Ini makin berisiko jika Anda mengonsumsi kentang dengan cara pengelolaan yang kurang tepat. Pada kentang rebus saja dengan ukuran 75–80 gram, kemugkinan karbohidrat yang ada sebanyak 15,7 gram. Sedangkan untuk cara digoreng sebesar 36,5 gram.

Baca Juga: Mengerikan, Cek Kuku Kaki Anda Sekarang! Duh… Perubahan Ini Ternyata Bisa Mengindikasikan Diabetes

Risiko Diabetes dan Kentang

Perlu ditekankan kembali bahwa selama dalam batas wajar dan pengelolaan atau cara masak yang tepat, kentang masih bisa dikonsumsi penderita diabetes.

Meski begitu, tidak bisa dikesampingkan juga risiko yang bisa menghampiri. Masih dalam sumber sama yang tadi sebelumnya disebut. Mengonsumsi kentang juga memiliki risiko diabetes di kemudian hari.

Baca Juga: Catat dan Tanam Ya Kalau Perlu, Ini Tanaman yang Baik untuk Penderita Diabetes

Satu studi pada 70.773 orang menemukan bahwa untuk setiap 3 porsi per minggu kentang rebus, tumbuk, atau panggang, ada peningkatan 4% dalam risiko diabetes tipe 2. Sedangkan untuk kentang goreng, risikonya meningkat menjadi 19%.

Selain itu, kentang goreng dan keripik kentang mengandung lemak tidak sehat dalam jumlah tinggi yang dapat meningkatkan tekanan darah, menurunkan kolesterol HDL (baik), dan menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas semua hal itu berhubungan dengan penyakit jantung .

Selalu kunjungi tenaga kesehatan untuk kontrol diabetes Anda termasuk dalam rencana Anda memasukkan kentang dalam pola diet (makan) Anda.

Baca Juga: Wanita Perlu Tahu! Apa Benar Diabetes Menyebabkan Menstruasi Tidak Teratur? Ternyata...

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: