Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Standard Chartered Dorong Dunia Usaha Atasi Tantangan Berkelanjutan: Wilayah ASEAN Jadi yang Utama

Standard Chartered Dorong Dunia Usaha Atasi Tantangan Berkelanjutan: Wilayah ASEAN Jadi yang Utama Kredit Foto: Imamatul Silfia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konsep berkelanjutan kini menjadi aspek penting dalam investasi dunia usaha yang dapat membuat perusahaan bekerja untuk jangka panjang. Keberlanjutan mengajak perusahaan memerangi perubahan iklim dan pengurangan emisi sekaligus menangani aspek ekonomi, tata kelola perusahaan dan lingkungan, hingga digitalisasi.

Kendati demikian, Global Head Sustainable Finance Standard Chartered Daniel Hanna mengatakan, masih ada tantangan yang dihadapi dalam keberlanjutan ini. Dalam kurun waktu sembilan tahun ke depan, emisi global perlu dikurangi hingga 45%. Untuk dapat mencapai hal tersebut, Daniel menilai dunia usaha perlu bereaksi dari sekarang.

Baca Juga: Raih Investasi hingga Rp800 Miliar, Mal Living World Bali Ditargetkan Beroperasi pada Akhir 2022

"Secara kritikal, kita butuh menghentikan emisi dengan memberikan kapital dan mengakselerasi teknologi. Dunia harus bersama-sama memulihkan lingkungan secara signifikan," katanya dalam webinar Standard Chartererd ASEAN Business Forum: Is There an ASEAN Way to Sustainability?, Jumat (22/10/2021).

Di sisi lain, ia melihat ASEAN memiliki peran kunci dalam hal ini. ASEAN dapat melakukan dekarbonisasi dan pemberian kompensasi bagi yang terdampak. Dalam hal ini, kompensasi dapat dilakukan dengan program seperti boundary carbon market yang menggunakan kombinasi teknologi dengan standar yang tinggi.

Sejalan dengan hal itu, Head of South East Asia COP26 Strategy British High Comission Singapore Isabelle de Lovinfosse menyatakan, kemampuan investasi berkelanjutan memang sangat sulit dan kritikal sehingga memerlukan persiapan COP26. Akan tetapi, ia memandang ASEAN belum bergerak cepat terkait hal ini. Padahal, persiapan ini membutuhkan dana yang memadai agar transisi dapat menjadi kenyataan.

Ia juga menggarisbawahi keberlanjutan tak bisa hanya dilihat dari sembilan hal umum karena membutuhkan pemahaman baru yang lebih mainstream. Menurutnya, proyek EBT, deforestasi, dan lean manufacture perlu digerakkan menajdi sesuatu yang mainstream di ASEAN.

Melihat problematika tersebut, Chief Environmental Officer Microsoft Lucas Joppa menekankan perlu adanya kesadaran dan pemahaman mengenai isu ekonomi global dalam upaya mengejar keberlanjutan. Ia mengimbau para pelaku usaha untuk menemukan solusi dari sesuatu yang mereka anggap sulit.

"Kita harus mengatasi masalah ini dengan melibatkan seluruh aspek yang ada dalam bisnis kita," ujar Joppa.

Terlebih, upaya ini tak hanya sekadar melibatkan organisasi bisnis perusahaan, tetapi juga mencakup semua level dalam ekosistem lain seperti suplier dan yang lainnya. Oleh karena itu, seluruh pihak perlu mengatasi masalah yang menghambat upaya kerbelanjutan dengan pengertian yang lebih mendalam.

Misalnya, dari Microsoft sendiri telah memiliki jalur yang memudahkan mereka menunjuk zero net. Hal ini disebabkan Microsoft telah berkomitmen dan memahami upaya ini bukan sesuatu yang mudah.

"Intinya, keberlanjutan harus dilakukan sekarang karena masalahnya sulit dan kompleks untuk dipecahkan. Kita tak akan menyelesaikan pemecahan masalah keberlanjutan ini besok, akan memakan waktu tahunan bahkan dekade. Oleh karena itu, harusnya kita sudah mulai, bahkan harusnya kita sudah mulai kemarin," pungkasnya.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: