Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OECD dan IMF Revisi Proyeksi Ekonomi Global, Sri Mulyani Pelototi Dua Hal ini

OECD dan IMF Revisi Proyeksi Ekonomi Global, Sri Mulyani Pelototi Dua Hal ini Kredit Foto: Instagram Sri Mulyani Indrawati
Warta Ekonomi -

OECD dan IMF baru saja menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2021. OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2021 ke level 5,7% (yoy) (proyeksi Mei: 5,8%), sementara IMF di level 5,9% (proyeksi Juli: 6,0%).

Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Permasalahan supply disruption yang lebih panjang dan masih tingginya ketidakpastian perkembangan Covid-19 menyebabkan OECD dan IMF merevisi ke bawah proyeksi ekonomi global.

"Munculnya varian baru masih menjadi faktor risiko terbesar di tengah ketimpangan distribusi vaksin global. Di sisi lain, global supply disruption yang lebih panjang dari perkiraan dan kenaikan harga energi akibat keterbatasan suplai mulai memicu tekanan inflasi di sejumlah negara," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (27/10/2021). 

Dia membeberkan, inflasi AS tercatat berada di kisaran 5,4% dalam empat bulan terakhir dan laju inflasi Uni Eropa juga dalam tren meningkat (September 2021: 3,4%).

Terkait ekonomi domestik, Sri Mulyani menilai pemulihan ekonomi nasional berlanjut, didukung oleh keberhasilan penanganan Covid-19. Kasus harian Covid-19 terus menunjukkan penurunan sejak awal Agustus 2021.

"Perkembangan tersebut mendorong pelonggaran pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat (PPKM) sehingga aktivitas ekonomi mengalami pemulihan bertahap," tuturnya.

Pulihnya aktivitas ekonomi tercermin pada perkembangan beberapa indikator dini hingga September 2021 yang menunjukkan perbaikan, antara lain Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur kembali berada pada zona ekspansif di level 52,2, meningkatnya mobilitas penduduk, indeks belanja masyarakat, penjualan kendaraan bermotor, penjualan semen, serta konsumsi listrik sektor industri dan bisnis.

Lebih lanjut, untuk menahan gempuran risiko global, Indonesia memiliki senjata mumpuni. Sebut saja surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut di bulan September 2021, mencapai USD4,37 miliar atau secara akumulatif Januari–September telah mencapai USD25,07 miliar. Kemudian posisi cadangan devisa berada pada level USD146,87 miliar, atau setara dengan 8,9 bulan impor barang dan jasa.

"Perkembangan positif tersebut tidak terlepas dari upaya penguatan sinergi dan koordinasi kebijakan antara Pemerintah, BI, OJK, dan LPS dalam rangka menjaga SSK serta akselerasi pemulihan ekonomi nasional," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: