Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Generasi Muda Perlu Melawan Kampanye Negatif Tentang Kelapa Sawit

Generasi Muda Perlu Melawan Kampanye Negatif Tentang Kelapa Sawit Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Koordinator Komunitas Generasisawit.id, Luthfi Harisma mengungkapkan kampanye hitam tentang kelapa sawit sudah masuk hingga ke kurikulum pendidikan. Akibatnya, banyak guru hingga siswa yang terpapar dengan propaganda kampanye hitam tersebut.

“Karena itu kita berikan literasi bahwa tudingan itu tidak semuanya benar. Khususnya kepada anak muda di Indonesia,” ujarnya dalam Talkshow Sawit  GenSawit Corner dengan topik Benarkah Sawit dan Biodiesel Penyebab Deforestasi?, Kamis (28/10/2021).

Baca Juga: Pegiat Lingkungan Bantah Isu Lingkungan yang Dialamatkan ke Sawit

Luthfi mengatakan generasi muda perlu mellihat fakta lapangan untuk membuktikan tuduhan tersebut. Berdasarkan pengalaman kunjungannya di daerah, kesejahteran pertani dapat menyamai pendapatan orang-orang diperkotaan. Karena itu keberadaan kelapa sawit dinilai memberikan kesejahteraan bagi petani. Lebih lanjut, kelapa sawit tergolong sebagai penyumbang ekspor non migas terbesar dengan kontribusi 13,50 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB).

Data dari pemeritah pada 2019-2020 menunjukan deforestasi mengalami penurunan sebesar 75 persen. Jadi isu sawit dengan persoalan lingkungan, kata Luthfi, tidak benar seperti yang dituduhkan oleh LSM tentang deforestasi yang disebabkan kelapa sawit.

Luthfi menyayangkan kampanye negatif tersebut terjadi. Bahkan dilakukan oleh sesama warga negara Indonesia yang menggunakan pendanaan dari asing. Sebab, bila kelapa sawit digambarkan dengan buruk maka akan berpotensi negara Eropa akan mendominasi harga minya global. Karena itu sosialisasi yang dilakukannya menjadi penting untuk menjaga kestabilan wacana di media sosial.

Selain itu, Luthfi mengatakan cerita dari temannya yang memanfaatkan limbah kelapa sawit yakni cangkang kelapa sawit yang didapat langsung dari petani sawit sebagai berperan sebagai penyuplai. Cangkang kelapa sawit kemudian diolah hingga memiliki nilai ekonomiyang dapat diperjual belikan kembali.

“Kita perlu satu suara sebagai generasi muda harus menjadi motor industri sawit yang berkelanjutan. Kalau ada argumentasi sawit negatif dan buruk kita punya posisi bahwa itu tidak sesuai dan bisa menyampaikan fakta dan data,” katanya.

Sementara itu, Pegiat Lingkungan, Fransisca Simanjuntak menyarankan kepada generasi muda yang memiliki komitmen kepada kelapa sawit namun tidak dapat merespons kampanye hitam, pihaknya menyarankan agar tidak segan melakukan diskusi baik dengan dosen maupun praktisi di industri sawit.

“Perlu juga melakukan riset tentang kelapa sawit. Anak-anak muda atau mahasiswa bisa melibatkan BPDPKS karena mereka bisa mendanai kalau ada ide untuk riset,”ujarnya.

Selaras dengan diungkapkan oleh Fransisca, Ketua Bidang Pemasaran Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) Irma Rachmania mengatakan selain membutuhkan riset inovasi yang dilakukan generasi muda, diperlukan penguatan wadah generasi muda. Salah satunya Generasisawit.id yang perlu merekrut banyak anggota dari kalangan generasi muda lainnya, selain juga perlu menyebarkan isu positif tentang sawit kepada publik.

“Di Industri sawit keterlibatan generasi muda mengalami kenaikan selama 1-2 tahun belakangan ini. Industri sawit ke depan akan menjanjikan karena kapasitas pabrik kita terus meningkat karena kebutuhan terus meningkat,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: