Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pesona Ganjar Pranowo untuk 2024, Pengamat Bandingkan dengan Mbak Puan: Dari Dulu Sudah Terlihat...

Pesona Ganjar Pranowo untuk 2024, Pengamat Bandingkan dengan Mbak Puan: Dari Dulu Sudah Terlihat... Kredit Foto: Instagram/Ganjar Pranowo
Warta Ekonomi -

Gestur politik Ganjar Pranowo disebut-sebut paten pol. Banyak masyarakat yang dibuat happy. Semua bisa diterima masyarakat.
 
Akademisi politik Philipus Ngorang juga ikut menyimak ini. Dia menilai gestur politik Gubernur Jawa Tengah itu sangat bisa diterima oleh masyarakat.

Pasalnya, beberapa hasil survei terakhir menunjukkan bahwa dukungan untuk Ganjar menguat.

Baca Juga: 'Gesekan' Antara Ganjar Pranowo dan Bambang Pacul Akan Terus Berlanjut? Pengamat: Selama Tidak...

“Bukan dari jumlah suaranya, tetapi stabilitas persentasenya cukup kuat dan bisa saja nantinya menyalip perolehan Prabowo Subianto,” ujarnya kepada GenPI.co, Sabtu (20/11).

Selain itu, perolehan elektabilitas Ganjar yang menguat di berbagai survei terakhir mengindikasikan bahwa polemik “banteng vs celeng” ternyata tak mempengaruhi elektabilitas sang gubernur Jateng.

Ngorang mengatakan bahwa kemungkinan besar publik mempercayai Ganjar sebagai politisi yang merakyat.

“Kiprah Ganjar dari dulu sudah terlihat dan bukan baru sekarang saja dekat dengan rakyat. Berbeda dengan Puan Maharani yang tiba-tiba turun ke sawah,” katanya.

Pengajar di Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie itu selama dua periode menjabat sebagai gubernur Jateng, Ganjar konsisten untuk mempertahankan kebijakan yang pro rakyat.

Hal tersebut dinilai sebagai sebuah kebaikan, mengingat memang pemimpin seharusnya bisa membawa aspirasi masyarakat.

“Rekam jejak kontribusi seorang pejabat bisa dijadikan penilaian apakah pejabat itu layak menjadi pemimpin atau tidak,” ungkapnya.

Baca Juga: Sinyal Prabowo-Puan Bakal Maju di Pilpres 2024 Makin Kuat!

Lebih lanjut, Ngorang menegaskan bahwa seorang pemimpin tak boleh memiliki gaya kepemimpinan yang elitis.

“Seorang pemimpin sebaiknya yang lahir dari massa, bukan dari elite,” tuturnya. (*)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: