Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pra KTT Y20 Ajak Anak Muda Terapkan Ekonomi Sirkuler Berbasis Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan

Pra KTT Y20 Ajak Anak Muda Terapkan Ekonomi Sirkuler Berbasis Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan Kredit Foto: Y20
Warta Ekonomi, Jakarta -

Forum Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia mengenai isu planet berkelanjutan dan layak huni membahas tentang ekonomi sirkular. Dalam konsep ekonomi linier ini mengambil sumber daya alam untuk memproduksi barang yang pada akhirnya akan dibuang. Pola buat-gunakan-buang ini hanya memicu konsumsi berlebih dan produksi limbah yang berlebihan.  

Forum Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia menilai bila sudah waktunya untuk mengubah pola ini dengan menerapkan ekonomi sirkular berbasis produksi dan konsumsi berkelanjutan.

Harapannya, wawasan yang diberikan dapat membantu para delegasi muda dalam menyusun rekomendasi kebijakan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan kepada pemimpin G20.

Baca Juga: Y20 Ajak Anak Muda Wujudkan Planet Berkelanjutan dan Layak Huni

Alesya Krit, Center of Competence for Climate Change, Environment and Noise Protection di Aviation Hessen menyarankan pentingnya berpikir secara lokal dalam upaya mendorong konsumsi berkelanjutan.

“Kita harus berpikir lokal dan menyesuaikan (solusi tersebut) dengan wilayah tujuan, serta cocok dengan dimensi sosial dan budaya setempat. Kemudian, bentuklah perspektif normatif dan ajaklah pekerja, teman, warga untuk mengenal mindset baru. Misalnya, lewat TikTok challenge,” ungkap Alesya pada talk show Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia.

Dalam kesemptan yang sama, Joi Danielson, Partner di Systemiq mengatakan, sebelum masuk ke pembahasan ekonomi sirkular perlu memerhatikan pola konsumsi. Menurutnya, manusia cenderung takut akan kelangkaan, sehingga kita cenderung mengonsumsi lebih dari apa yang dibutuhkan. Di sebuah ekonomi yang berbasis konsumsi, lanjutnya, semakin banyak yang dikonsumsi, semakin tinggi produk domestik bruto (PDB).

“Jadi sistem kita mengandalkan konsumsi berlebihan. Jika kita bisa membantu orang merasa bahwa apa yang mereka miliki sudah cukup, kita bisa meyakinkan mereka untuk hanya mengonsumsi yang dibutuhkan. Dengan ini, kita bisa mulai memutus siklus konsumsi tersebut," jelas Joi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ke Wang, Program Lead di Platform for Accelerating Circular Economy menuturkan bila meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular tidak hanya bisa mengakibatkan perubahan kebiasaan, tetapi juga perubahan kebijakan.

Baca Juga: Inklusi Pemuda dan Inovasi dalam Tata Kelola Digital Jadi Fokus Pra-KTT 2 Y20 Indonesia

“Karena para politisi mendengarkan aspirasi masyarakat. Namun, kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular masih sangat rendah. Di sinilah, anak muda memainkan perannya. Generasi muda telah menunjukkan bahwa mereka memegang peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim,” jelas Ke Wang.

Sementara CEO dan Founder Waste4Change, Junerosano menjelaskan, populasi dunia saat ini telah mencapai 7,9 miliar jiwa. Jika ingin adanya perubahan tanpa adanya peperangan, dunia harus meyakinkan 4% dari sebuah populasi. Berarti di Indonesia, ada 10 juta orang yang harus diyakinkan tentang ekonomi sirkular.

“Memang terkadang terasa sulit. Solusi datang lebih lambat daripada terjadinya kerusakan lingkungan. Kita harus memikirkan bagaimana kita bisa mempercepat solusi tersebut. Tapi yang terpenting, kita harus optimistis bahwa kita bisa melakukan perubahan dengan berkolaborasi,” jelas Junerosano.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: