Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

#MakinCakapDigital: Etika Digital Tidak Dipengaruhi Strata

#MakinCakapDigital: Etika Digital Tidak Dipengaruhi Strata Kredit Foto: Unsplash/Mimi Thian
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kejahatan di ruang digital sama saja seperti yang dihadapi di dunia nyata. Kejahatan di dunia nyata justru berpindah ke ruang digital, mulai dari penyebaran konten negatif seperti hoax, ujaran kebencian, cyber bullying, pencurian data, perampokan, penipuan, pornografi, dan aksi mendukung terorisme.

Etika dibutuhkan ketika memasuki dunia digital. Interaksi antarbudaya di ruang digital pun dapat menciptakan standar baru mengenai etika.

Baca Juga: #MakinCakapDigital: Jaga Etika demi Kredibilitas di Media Sosial

Relawan Mafindo, Dosen Praktisi, dan HR Profesional, Rovien Aryunia, S.Pd., M.PPO., M.M mengatakan, idealnya etika di ruang nyata dan digital sama. Sayangnya, survei yang dilakukan Microsoft menunjukkan netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Pasifik.

Menaikkan harga internet tidak serta merta mengurangi netizen yang tidak beretika. Ketika ingin masuk ke ruang digital, menurut Rovien, setiap orang sebaiknya tidak dalam kondisi emosi sehingga mudah tersindir.

"Yang namanya beretika tidak memandang strata sosial, gender, jabatan, dan tingkat religius seseorang. Semua dari hati kita, integritas kita," ujarnya saat Webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk Kelompok Masyarakat Wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (22/6).

Rovien menyebutkan, harga internet harus murah sehingga bisa diakses oleh semua orang di Indonesia. Semua orang harus bisa menjadi warga digital karena itu adalah masa depan.

Webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk Kelompok Masyarakat Wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Siber Kreasi. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama: digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia makin cakap digital.

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya. Paparan Relawan Mafindo, Dosen Praktisi, HR Profesional Rovien Aryunia, S.Pd., M.PPO., M.M menjadi pembuka webinar, dilanjutkan penyampaian materi oleh Kepala Bidang Pelatihan Masyarakat Wahyu Dwi Prasetyo. Diskusi ditutup Relawan Mafindo Surabaya Raya Diana Dewi.

Dalam paparannya, Kepala Bidang Pelatihan Masyarakat Wahyu Dwi Prasetyo menyampaikan bentuk digitalisasi budaya. Menurut dia, penggunaan infografis lebih efektif dalam penyampaian pesan.

"Infografis penyampaiannya bisa berupa grafik dan sedikit teks. Contohnya, seperti banner yang ada di desa-desa agar lebih menarik minat masyarakat melihat dibandingkan harus membaca," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: