Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Agum Gumelar: Saya Islam, Shalat 5 Waktu. Saya Juga Meyakini Pancasila

Agum Gumelar: Saya Islam, Shalat 5 Waktu. Saya Juga Meyakini Pancasila Kredit Foto: Instagram/Kementerian Pertahanan RI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni (DPP IKAL) Lemhannas Jenderal TNI (Purn), Agum Gumelar, mengingatkan tentang radikalisme yang mana menurutnya jangan semata-mata dikaitkan dengan Islam.

Menurutnya, antara Islam sebagai keyakinan atau agama yang dianut tidak menggganggu dalam meyakini bahwa Pancasila adalah ideologi dan dasar negara.

"Saya Islam. Seluruh keluarga saya Islam, shalat 5 waktu. Saya meyakini Pancasila adalah ideologi dan dasar Negara. Tak ada niat dan pikiran sedikitpun untuk mengingkari keberadaan Pancasila," ujar Agum Gumelar dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin (27/6/2022).

Baca Juga: Jadi Incaran Partai Politik, PR Besar Anies Baswedan: Lawan Stigmatisasi Intoleran dan Radikal

Agum Gumelar menyinggung soal bahaya kelompok yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Menurutnya, kelompok yang ingin mengganti pancasila adalah musuh negara yang perlu dilawan.

Dirinya juga menyinggung soal sekelompok orang yang mengenakan atribut busana tertentu dengan keyakinan mereka bahwa jika tidak mengenakannya maka masuk neraka. Menurut Agum Gumelar, ini adalah kesalahan dalam memahami. Ia menegaskan masalah terkait keyakinan mengenakan pakaian tertentu menurutnya tidak bisa lepaskan dalam dari konteks budaya.

"Terkait dengan pemikiran oknum yang bersikap keharusan mengenakan celana cingkrang, kalau tidak nanti masuk neraka, ini agak aneh. Ini keliru memahami," jelasnya.

Baca Juga: BNPT dan CUTA Belgia Teken MoU Kerja Sama Penanggulangan Terorisme

"Ini soal budaya. Artinya, budaya di tanah Arab yang berbeda dengan budaya Indonesia. Di Indonesia, bebas mengenakan busana yang rapi dan sopan sebagai muslim, tetapi tetap meyakini bahwa Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara. Di Arab tentu lain budayanya. Jadi soal busana itu budaya, tak ada hubungannya dengan surga dan neraka serta agama," ungkapnya.

Ketum DPP PEPABRI (Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan POLRI) ini kemudian mengatakan pentingnya mengingat sejarah dan jasa para pahlawan bangsa. Menurutnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa mengenali dan menghormati kedua hal tersebut.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenali sejarah bangsanya dan menghormati jasa para pahlawan bangsa," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: