Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mantan Menkeu Bilang Mustahil Ukraina-Rusia jadi Akur Gegara Jokowi, 'Mending Urus Aplikasi BBM'

Mantan Menkeu Bilang Mustahil Ukraina-Rusia jadi Akur Gegara Jokowi, 'Mending Urus Aplikasi BBM' Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan Menkeu Fuad Bawazier menyebut kalau harapan bahwa konflik Ukraina dan Rusia bisa mereda usai kehadiran Jokowi dinilai tak realistis.

Pasalnya, baik Rusia dan Ukraina masih belum bisa lepas dari intervensi asing. Fuad menilai pertemuan Jokowi dengan Putin dan Zelensky sulit untuk mencapai cita-cita gencatan senjata kedua negara. 

Masalah yang timbul dari perang kedua negara, kata Fuad, bisa memporak-porandakan ekonomi, pangan, transportasi dan juga pengungsi. 

"Masalah masalah ini diperbesar lagi oleh kebiasaan Amerika Serikat dan sekutunya, khususnya sekutu Eropa melalui berbagai embargo dan sanksi lain khususnya swift perbankan kepada Rusia,” kata Fuad dikutip rmol.

Menurutnya, tanpa adanya sanksi dari AS pun akibat perang telah berat sekali. Apalagi dengan Amerika Serikat yang telah menghujani sanksi, yang berarti telah memperluas dan memperparah akibat perang. 

"Sampai-sampai akibat sanksi itu telah memukul ekonomi Amerika Serikat sendiri, memukul sekutunya di Eropa sehingga mereka pun mendukung Amerika Serikat dengan setengah hati,” katanya.

Dia menambahkan, kondisi yang kompleks itu, tidak akan mengubah perang antara Rusia dan Ukraina dengan melakukan gencatan senjata setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo. 

Atas kondisi itu, Fuad mengaku ragu Jokowi bisa mendamaikan perang Ukraina dan Rusia. Analisa Fuad, perang antara Ukraina-Rusia dan Amerika Serikat dengan NATO sebagai pihak provokator.

"Dan Presiden Zelensky entah sadar atau tidak, dengan semangatnya ingin menjadikan negaranya anggota NATO, telah membawa Ukraina kepada pengorbanan yang luar biasa,” katanya.

Fuad memprediksi jika NATO bersikeras mendorong Ukraina masuk dalam kelompoknya, maka suatu hal yang tidak mungkin NATO sendiri akan bubar, lantaran di dalam organisasi itu banyak kepentingan antar negara-negara.

"Sesuatu yang sejak awal sebetulnya bisa dihindari. Kini banyak yang menduga, cepat atau lambat, NATO akan bubar dengan sendirinya. Masing masing anggotanya mempunyai kepentingan yang berbeda beda,” ujarnya.

Pihaknya meminta agar Jokowi fokus dengan peristiwa yang ada di Indonesia dan mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada rakyat keci.

"Dan Jokowi selamat kembali ke tanah air, urus negeri sendiri khususnya aplikasi-aplikasi pembelian BBM, Gas 3 kg dan Migor curah yang bikin resah dan gelisah masyarakat,” tutupnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: