Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diledek Asing Gegara Diplomasi 'Mi Instan' Jokowi, Begini Komentar Pengamat

Diledek Asing Gegara Diplomasi 'Mi Instan' Jokowi, Begini Komentar Pengamat Kredit Foto: Antara/Biro Pers Sekretariat Presiden
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan pemimpin Ukraina dan Rusia tidak bisa dianggap remeh atau disebut gagal, kata Yenny Wahid, putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Direktur Wahid Institut juga mengatakan Jokowi memiliki banyak sasaran yang ingin dicapai selain menyelesaikan konflik bersenjata antarnegara itu.

Baca Juga: Berani! Dubes Asing Soroti Jokowi ke Ukraina dan Rusia: Dia Pergi Cuma Urus Mi Instan

Menurut Yenny, lobi-lobi Jokowi terkait pengamanan rantai pasokan bahan makanan dan energi tak kalah penting karena Indonesia salah satu pengimpor terbesar tepung gandum yang lekat diasosiasikan dengan mi instan.

"Nah, Jokowi memperjuangkan agar pasokan gandum dari Ukraina bisa keluar ke pasar bebas termasuk ke Indonesia, agar tidak terjadi kenaikan harga bahan makanan seperti kasus minyak goreng. Termasuk juga pasokan pupuk dari Rusia dan Ukraina, karena ini akan berakibat pada nasib petani," cuitnya di akun @yennywahid.

Menurut dia, apa yang dilakukan Jokowi sangat luar biasa.

"Tidak banyak orang bisa diterima dua belah pihak, karenanya kita musti berbangga Presiden kita mampu melakukan terobosan itu," pujinya. 

Sementara itu, rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini ikut memberikan acungan jempol dengan misi Jokowi berkunjung ke Ukraina dan Rusia.

Menurut dia, selama 7 tahun terakhir ini, performa politik luar negeri Indonesia kurang begitu greget jika dibandingkan dengan masa Menteri Luar Negeri Adam Malik atau Ali Alatas.

"Jarang sekali saya memberikan pujian. Untuk ini, saya memberikan respek," kata Didik, saat memberikan sambutan dalam diskusi bertajuk "Harapan dari Misi Perdamaian Jokowi", yang digelar secara online, tadi malam. 

Didik mengatakan, perang Rusia-Ukraina memang tak langsung berhenti setelah Jokowi datang. Ada juga negara yang mengritik dan menyepelekan.

Australia misalnya, menyebut apa yang dilakukan Jokowi sebagai "diplomasi mi goreng" karena hanya ingin agar Ukraina bisa lagi mengekspor gandumnya. 

Menurut dia, berbagai kritik itu biarkan saja. Jangan dipikirkan. Yang jelas, apa yang dilakukan Jokowi dengan membawa Ibu Iriana ke Ukraina sudah menjadi perhatian dunia. Gimmicknya sudah kuat. Namun, esensinya juga harus kuat.

"Jadi, kini menteri luar negeri, dan para diplomat yang ada di bawahnya harus memperkuat apa yang jadi misi Jokowi," sarannya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: