Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komisi XI Sebut Chatib Basri Menteri Gagal

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kritikan mantan menteri keuangan Chatib Basri kepada pemerintahan Jokowi-JK mendapat tanggapan dari berbagai pihak, selain tidak pada tempatnya, kinerja Chatib Basri semasa jadi menteri justru dinilai gagal menyelesaikan quarto defisit atau empat defisit.

Chatib Basri juga dinilai minim terobosan, bahkan tidak mampu menjalankan reformasi struktural hingga berujung pada penurunan outlook rating Indonesia ke negatif oleh Standard & Poor's ketika itu, sehingga kegagalannya itu diwariskan kepada pemerintahan saat ini.

Anggota Komisi XI DPR RI Andreas Eddy Susetyo di Jakarta, Kamis (18/6/2015), menuturkan empat warisan defisit (quarto defisit) yang gagal diselesaikan Chatib Basri dan menjadi warisan dari SBY adalah defisit neraca perdagangan senilai 6 miliar dolar AS, defisit neraca pembayaran 9,8 miliar dolar, defisit balance of payment 6,6 miliar dolar, serta defisit anggaran akibat utang luar negeri Rp2.100 triliun.

Menurut Andreas, Chatib juga dinilai gagal meyakinkan Presiden SBY untuk melakukan reformasi fiskal, sehingga defisit neraca keseimbangan primer terus membesar.

"Dulu dengan adanya subsidi BBM, struktur fiskal kita kurang menguntungkan, sehingga kita tidak bisa membangun infrastruktur," kata dia.

Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, saat ini lebih penting upaya-upaya untuk memperkuat kesehatan ekonomi nasional. Menurutnya, wajar saja bila Chatib Basri tidak ingin disalahkan dengan kebijakan fiskal di masa lalu.

"Apa yang terjadi sudah terjadi. Yang penting saat ini melihat ke depan. bahwa dulu (pencabutan subsidi BBM) tidak dapat dilakukan merupakan keputusan politik," ujarnya.

Kritikan Chatib Basri juga mendapat sorotan tajam dari Direktur Segitiga Institute Muhammad Sukron. Selain tidak memiliki prestasi besar yang ditorehkan Chatib, mantan Menkeu era Presiden SBY itu justru tidak berani mengambil keputusan besar hingga menjadi warisan buruk pemerintahan Jokowi.

"Waktu dia berkuasa ngapain saja? Sekarang kita jadi ikutan susah," tegas Muhammad Sukron.

Menurut Sukron, kritikan yang dilontarkan mereka seolah-olah menunjukkan kondisi di zaman mereka baik. Padahal keadaan sekarang justru dampak dari keputusan mereka yang tak bisa berbuat apa-apa. Sukron pun curiga ada motif di balik kritikan Chatib. Di tengah isu reshuffle, Chatib bisa saja sedang cari muka dan perhatian agar kembali dilirik dan masuk kabinet.

Sementara itu, Ekonom IPB Iman Sugema mengatakan perlambatan ekonomi justru sudah terjadi sejak tahun 2011 ketika Chatib Basri menjadi menteri keuangan dan tidak ada upaya untuk membalikkan keadaan.

"Tugas pemerintah saat ini membalikkan keadaan dan tidak dapat dilakukan jika kebijakannya seperti pemerintahan yang lalu, yang mengumbar-umbar fiskal," sindirnya.

Menurutnya, ruang fiskal saat ini lebih luas dan tantangannya adalah memperkuat "spending", yakni bagaimana mengelola uang lebih baik untuk mempercepat pembalikan pertumbuhan ekonomi. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: