Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Value Brand' di Indonesia Mampu Bersaing dengan 'Brand' Dunia

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Dalam BrandZ Top 50 Most Valuable Indonesian Brands 2015 yang digelar oleh WPP dan Millward Brown terungkap keseluruhan nilai merek-merek dalam ranking Top 50 Indonesia berada di angka Rp 841,5 triliun. Nilai tersebut tidak jauh dengan nilai keseluruhan Top 50 di India yang mencapai Rp 964,6 triliun.

Sementara dalam peringkat lima teratas merek dalam 50 Top Indonesia tersebut setara dengan 57% dari total dengan nilai Rp 510,6 triliun. Dari 50 brand yang ada didominasi oleh perbankan dengan persentase 24% dari keseluruhan peringkat Top 50 dengan empat merek berada di peringkat Top 10 dan dengan nilai setara dengan Rp 379,5 triliun.

Persentase ini dapat dikatakan sama dengan Top 50 milik India, namun lebih tinggi dibandingkan dengan Top 50 Brazil (12%), Tiongkok (15%), dan global (16%). Keempat bank-bank yang mendominasi ini unggul dalam hal menjangkau masyarakat dan condong menggunakan teknologi digital untuk berinovasi sesuai dengan kecenderungan masyarakat saat ini.

Salah satu bank, yakni BCA (Bank Central Asia), yang berada di peringkat pertama dengan nilai valuasi BCA yang mencapai Rp 136,9 triliun, hampir mendekati nilai merek di peringkat BrandZ™ Top 100 Most Valuable Global Brands. Hal ini berarti BCA menjadi kandidat kuat merek Indonesia pertama yang mampu masuk ke dalam peringkat global BrandZ pada tahun 2016.

BCA, sebuah bank komersial yang memiliki sejarah selama 50 tahun, di mana BCA merupakan pelopor mobile banking di Indonesia dan telah meluncurkan berbagai inovasi popular, termasuk Flazz, sebuah kartu transaksi pembayaran pra-bayar.

Merek lain yang masuk dalam Top 10 adalah, BRI dengan value Rp 114,3 triliun; Telkomsel dengan value Rp 87,9 triliun; Mandiri dengan value Rp 84,9 triliun; A Mild untuk kategori tembakau dengan value Rp81,2 triliun; Matahari untuk kategori retail dengan value Rp29,6 triliun; BNI dengan value Rp28,2 triliun. Kemudian tiga lainnya masih untuk kategori tembakau, yakni Surya dengan value Rp26,8 triliun; Dji Sam Soe dengan value Rp24,4 triliun; dan Marlboro dengan value Rp23,0 triliun.

Untuk brand di luar merek-merek tersebut seperti untuk kategori properti, makanan dan produk susu, minuman ringan, kebutuhan pribadi, serta retail dan hiburan terlihat mendominasi di mana barang konsumen yang bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG) mendominasi sebanyak 28% dari keseluruhan peringkat dengan sektor lain. Sedangkan, perusahaan dalam sektor teknologi di Indonesia belum mampu menonjol sejalan dengan realita bahwa produk-produk lokal belum mencapai skala produksi dan penjualan yang signifikan.

Masih menurut WPP dan Millward Brown, World Bank (Bank Dunia) memprediksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia mencapai 5,2% pada tahun ini, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan negara maju sebesar 2,2% dan negara berkembang sebesar 4,8%. Perekonomian Indonesia pada tahun 2030 diprediksi dapat melampaui Jerman dan Inggris (McKinsey and Co).

Anjana Singh, Pemimpin WPP Indonesia, menjelaskan pertumbuhan Indonesia yang cepat dan tingginya keyakinan konsumen Indonesia mendorong majunya perkembangan sebuah brand. Masyarakat Indonesia memiliki kesempatan untuk memilih produk dengan merek yang beragam dan terbiasa untuk merekomendasikan merek yang mereka sukai kepada konsumen lain. Konsumen di Indonesia pun memiliki permintaan dan ekspektasi. Mereka ingin ditawarkan sesuatu yang lebih dan ingin diistimewakan.

"Suatu merek dapat dikatakan sukses di Indonesia apabila merek tersebut dapat memenuhi kebutuhan fungsional para konsumen dan membangun hubungan yang lebih berarti antara merek itu sendiri dengan individual konsumennya," jelasnya.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: