Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industrialisasi Berbasis Lokal, Jurus Hadapi Gejolak Ekonomi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Terus bergejolaknya perekonomian global membuat perekonomian Indonesia mengalami banyak tekanan. Bahkan, akibat tekanan itu nilai tukar rupiah nyaris menyamai angka yang sama pada krisis 1998, yakni 15 ribu per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia pada Senin pagi (7/9/2015) menempatkan Jisdor di Rp14.234 per dolar AS, terdepresiasi 56 poin atau melemah 0,39% dari kurs Jumat. Sedangkan, kurs jual menembus Rp14.300/USD.

Menanggapi hal itu, Direktur CRIM Surya University Riza Muhida mengatakan Indonesia perlu kembali ke industrialisasi dan berinovasi dengan bahan lokal (bukan impor).

"Dari sisi industri, kita saat ini banyak impor. Industri kita tidak begitu berkembang. Saya berharap dengan krisis ini orang mulai berpikir kembali ke industrialisasi. Orang (SDM) kita banyak jadi kita harus mulai menekankan dan menumbuhkan industri kecil dan menengah," ujar Riza saat ditemui di Menara BCA, Jakarta, Senin (7/9/2015).

Menurut Riza, agar dapat menghadapi persaingan dan tekanan ekonomi, industri Indonesia harus berinovasi dengan bahan lokal dan memberikan nilai tambah pada produk/barang lokal tersebut.

"Contohnya produk-produk berbasis kelautan dan produk-produk yang banyak digunakan pasar domestik seperti mainan, pakaian, dan makanan. Kalau kita bisa memproduksinya, kenapa kita harus impor dari Tiongkok?" jelasnya.

Setali tiga uang, Direktur Wahid Institute Yenny Wahid sependapat kalau Indonesia perlu mengembangkan industrialisasi dan tidak terlalu bergantung pada impor.

"Saya setuju perlu dikembangkan industrialisasi, tapi syaratnya banyak sekali. Apa kita bisa menuju ke sana? Justru, kita harus menuju ke sana. Caranya dengan inovasi, entrepreneurship, dan wirausaha," ungkapnya.

Meski demikian, dia mengatakan pemerintah perlu berperan dalam melindungi produk lokal dari produk impor sejenis yang lebih murah.

"Indonesia ini kan masih kurang. Wirausaha kita masih 1,6 persen dibanding total penduduk kita. Perlu ditopang pemerintah jangan sampai mereka buat produk ada barang dari Tiongkok yang sama, tapi jauh lebih murah. Tetapi, saya tetap percaya Indonesia akan maju karena inovator, wirausahawan kita, itu ulet sekali," pungkasnya.

Kemudian, Yenny mengatakan kunci untuk mengembangkan industri adalah pemerintah harus memperhatikan penelitian. "Kuncinya research karena perhatian kita pada research itu kurang sekali. Padahal, di sana terciptanya. Kedua, gabungkan research dan praktisinya. Penemu 4G itu orang Kediri, tapi dia tinggalnya di Jepang," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: