Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Batubara Masih dalam Tren Penurunan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - PT Harum Energy Tbk (HRUM) melihat pasar batu bara masih akan mengalami tren penurunan. Hal ini melihat masih melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia terutama di negara-negara berkembang, khususnya Tiongkok.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara dalam public expose-nya di Jakarta, Rabu (23/9/2015).

"Pasar batu bara masih dalam keadaan sulit. Harga batu bara terus menurun dan belum ada indikasi akan menguat. Permintaan batu bara memang menurun karena perlambatan ekonomi di konsumen terbesar, yakni Tiongkok. Tiongkok menurunkan volume impor jadi pasar batu bara Indonesia yang utama menciut 30 persen. Di samping pasar ekspor menciut, kondisi pasar batu bara sendiri tidak ada perubahan berarti," ujarnya.

Selain itu, Ray mengungkapkan pasokan batu bara dunia, terutama dari Australia dan Afrika Selatan terus meningkat. "Sehingga, menyebabkan kelebihan pasokan (oversupply) yang telah menekan harga batu bara dunia turun lebih dari 40 persen dalam dua tahun terakhir," ungkapnya.

Sementara itu, terkait peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tentang kewajiban pemasokan kebutuhan batu bara untuk dalam negeri atau kuota domestic market obligation (DMO), Ray melihat hal tersebut tidak banyak membantu.

Menurutnya, di pasar domestik sendiri, penggunaan batu bara masih 20 persen di bawah target. Padahal, Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan batu bara di Tanah Air akan mencapai 92,31 juta ton sampai Desember 2015.

"DMO target penggunaan batu bara di pasar domestik juga masih 20 persen di bawah target karena proyek-proyek pembangkit listrik yang terlambat dan perlambatan ekonomi juga. Produksi batu bara Indonesia sendiri turun 10-15 persen. Tahun ini hanya 400 juta ton dari 470 juta ton di 2014," terangnya.

Meski begitu, dalam jangka menengah perseroan berharap permintaan batu bara akan meningkat didukung oleh rencana pembangunan proyek-proyek pembangkit listrik bertenaga batu bara di kawasan Asia, terutama India dan Indonesia.

"Kita optimis karena ada pembangunan pembangkit listrik dari batu bara di India dan Indonesia dan dengan program pemerintah yang 35 ribu megawatt dan ditambah dengan sebelumnya 10 ribu megawatt ribu yang 50 persen bertenaga batu bara semua. Jadi, ini akan meningkatkan permintaan batu bara. Juga di Vietnam dan Malaysia yang pembangkit listrik banyak menggunakan batu bara," ujarnya.

Hal ini ditambah dengan pengurangan investasi baru di sektor pertambangan batu bara baik di Indonesia maupun Australia dianggap akan membatasi peningkatan pasokan batu bara dalam jangka menengah.

"Batu bara tetap merupakan pilihan bahan bakar untuk pembangkit listrik yang kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar lain seperti gas, hydro, maupun nuklir," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: