Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inilah Buah TP Rachmat di Astra dan Triputra

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Grup Astra dan Grup Triputra adalah bagian dari kehidupan T.P. Rachmat atau Teddy Rachmat. Hanya saja, Astra telah menjadi cerita masa lalu yang mengisi kehidupan Teddy setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB), sedangkan Triputra menjadi bagian kehidupannya saat ini dan masa mendatang.

Setelah berlayar lama dengan kapal Astra, Teddy memilih untuk menjadi wirausaha. Ia mendirikan Triputra. Perusahaan tersebut menjadi kapal barunya untuk berlayar mengarungi samudra bisnis di berbagai bidang usaha. Astra seperti sekolah bagi dirinya untuk menjadi entrepreneur. “Jadi, kita sudah dilatih waktu di Astra untuk jadi entrepreneur.

Jadi, waktu kita kerja sendiri pun tidak mengalami suatu perubahan yang besar, tetapi tetap ada perbedaan. UT (United Tractors) bagian dari Astra, kalau ada apa-apa dari UT, yang bertanggung jawab UT dan Astra,  bukan saya pribadi. Kalau sekarang, sebagai pengusaha, tanggung jawab saya, tanggung jawab pribadi,” cerita Teddy.

Mantan bos Astra International ini mengatakan ranking dari sales Astra mungkin paling besar di Indonesia. Ia pun menceritakan apabila Triputra dan Adaro digabungkan penjualannya bisa mencapai US$7 juta. “Ranking saya mungkin nomor lima, enam, atau tujuh,” katanya.

Saat Teddy menjabat Presiden Direktur Astra International, perusahaan ini berkembang menjadi 60 anak perusahaan. Pada 1984, omzet Astra mencapai US$1,5 miliar. Jumlah anak-anak perusahaan terus bertambah. Pada 1989, jumlah anak perusahaan berkembang menjadi 235 perusahaan yang bergerak pada berbagai bidang usaha. Seiring perjalanan persaingan usaha, sebanyak 183 anak perusahaan, pengendalian bersama entitas dan perusahaan asosiasi sampai dengan tahun 2014. Perusahaan-perusahaan tersebut dikelompokkan dalam enam segmen usaha, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya, serta teknologi informasi. Pada  2014, Astra telah menyerap sebanyak 225.580 pegawai. Adapun kapitalisasi pasar Astra International mencapai Rp301 triliun sampai akhir 2014.

Lantas, bagaimana kinerja Astra pada 2015 yang makin menantang ini? Pendapatan bersih Astra sebesar Rp92,51 triliun hingga Juni 2015. Jumlahnya memang tidak setebal pada Juni tahun sebelumnya. Penjualannya tampak terkikis. Penjualan sebelumnya mencapai Rp101,53 triliun.

Pencapaian-pencapaian Astra saat ini tentu tak lepas dari peran Teddy yang pernah menjadi bos di perusahaan ini. Ia menjadi Presiden Direktur Astra dari 1984 sampai dengan 1998. Ia kembali diangkat menjadi Presiden Direktur Astra pada  tahun 2000 hingga 2002.

Dalam perjalanan menjadi sosok entrepreneur, kerajaan bisnis yang dibangunnya dengan bendera Triputra Group juga berkembang pesat. Apabila meminjam istilah Teddy, Triputra adalah bagian kehidupannya setelah dari Astra. Triputra dibangun untuk memayungi sejumlah bidang usaha, yang sekilas mirip dengan bisnis sejumlah perusahaan yang dipayungi Astra. Triputra membaginya menjadi bidang usaha utama agribisnis, manufaktur, pertambangan, dan perdagangan & jasa.

Dalam bidang agribisnis, ada dua anak perusahaan yang menggarapnya yakni Kirana Megatara dan Triputra Agro Persada. Bidang manufaktur ada Binabusana Internusa, Dharma Group, Lemindo Abadi Jaya, dan Pako Group. Anak perusahaan lainnya yang menggarap pertambangan adalah Padang Karunia. Adapun bidang perdagangan dan jasa digarap oleh ASSA Rent, Daya Group, dan Puninar Logistics.

ASSA Rent adalah salah satu anak perusahaannya yang sudah terdaftar sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bidang transportasi menjadi salah satu yang tidak jauh dari pengalaman Teddy. ASSA mampu mempertahankan kinerja dalam pertumbuhan yang positif pada tahun lalu. ASSA Rent mencatatkan pertumbuhan pendapatan menjadi sebesar Rp1,14 triliun. Nilai tersebut naik 11,91% dibandingkan capaian sebesar Rp1,02 triliun pada 2013. Alhasil, laba perseroan sebesar Rp42,95 miliar berhasil dikantongi.

Perseroan telah melayani lebih dari 1.000 perusahaan di Indonesia dengan pengemudi sebanyak 2.700 profesional. ASSA telah memiliki 19 kantor cabang dan 14 kantor perwakilan serta service point untuk penyewaan kendaraan, 3 kantor cabang logistik, dan 2 kantor cabang jual beli kendaraan bekas, serta 1 kantor cabang jasa lelang.

Aset ASSA telah mencapai Rp2,51 triliun pada 2014, naik sebesar 15,43% terhadap total aset pada 2013 yang sebesar Rp2,17 triliun. Peningkatan tersebut mayoritas karena kenaikan nilai aset tetap, khususnya penambahan unit kendaraan sewa dan pembelian tanah untuk kantor-kantor cabang.

Tahun ini, perusahaan memproyeksikan bisnis dari jasa rental mobil akan tumbuh positif. Peningkatan didukung oleh kebijakan dan strategi berbagai perusahaan untuk memilih menggunakan jasa rental mobil seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Strategi tersebut mulai diikuti oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Penggunaan jasa rental mobil jauh lebih efisien dibandingkan membeli kendaraan operasional sendiri.

Keberhasilan ASSA merupakan satu bagian keberhasilan dari Triputra Group membidik bisnis di bidang tersebut. Kondisi perekonomian yang kurang bersahabat mampu dilewati dengan buah kinerja perusahaan yang manis.

Sumber: Majalah Warta Ekonomi Edisi 17

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: