Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Drone Buatan Indonesia Menangkan Kompetisi 'Diplomat Success Challenge'

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) melaksanakan kompetisi Diplomat Success Challenge (DSC). Kompetisi DSC ini sudah selesai dan terdapat empat pemenang yang sekarang memasuki tahap business mentoring.

DSC sendiri merupakan kompetisi wirausaha dengan total hadiah terbesar, yakni Rp 2 miliar dan seutuhnya diberikan dalam bentuk hibah. Kompetisi ini dimenangkan oleh Irendra Radjawali yang mendesain MATA, Mesin Terbang Tanpa Awak, yang sejatinya adalah drone dan total merupakan hasil karyanya.

"Saya ingin Indonesia tidak ketinggalan dalam perkembangan teknologi dan bisa memproduksi drone sendiri," ujar pria yang akrab dipanggil Radja di Jakarta, Rabu (23/12/2015).

Irendra Radjawali yang akrab dipanggil Radja, lahir 40 tahun lalu di Malang. Lelaki ini lahir dari keluarga militer, ayahnya seorang tentara. Ia menamatkan pendidikan tingginya di ITB, Fakultas Teknik Sipil tahun 2002, kemudian melanjutkan S2 Planologi di perguruan tinggi yang sama (2004). Radja mendapatkan dana hibah Rp 500 juta untuk merealisasikan ide bisnisnya.

"Setelah lulus saya tidak pernah bekerja menetap di satu kantor, saya lebih banyak menjadi peneliti lepas," jelasnya.

Radja kemudian mendapat beasiswa ke Perancis (2005) dan Berlin (2008) untuk belajar S3 mengenai Ekologi Politik. Selesai belajar, Radja mengerjakan beberapa proyek pemetaan kawasan di Kalimantan. Saat itulah Radja melihat kebutuhan untuk bisa memanfaatkan drone yang terjangkau.

"Saya kemudian banyak belajar dari Youtube dan membeli bahan-bahan dari E-bay," Radja mengungkapkan.

Drone buatannya maksimal bisa dipasarkan seharga 15-20 juta rupiah, sedangkan di pasaran harganya bisa mencapai Rp 350 juta. Karena itu, ia sangat bersemangat ketika membaca peluang kompetisi Wismilak DSC 2015.

"Saya segera mendaftar online dan mengirimkan proposal saya dan bersyukur bisa memenangkan kompetisi ini. Dengan hibah modalnya saya yakin bisa mewujudkan keinginan saya memproduksi drone di Indonesia dengan harga yang terjangkau," ujarnya bersemangat.

Selain Radja yang berasal dari Bandung, ada 3 orang runner-up, yakni Dodick Zulaimi Sudirman (29 th) dari Tangerang yang mengembangkan game digital berbasis indie, I Gede Fredy (22 th) dari Denpasar dengan tas etnik modern bermerek Mahanata Bag, serta Cretta Cucu Abdullah (32 th) dari Yogyakarta dengan ide memproduksi microphone. Para runner-up juga mendapatkan dana hibah, masing-masing sebesar Rp 250 juta.

"Berbeda dengan program kompetisi wirausaha lain, kami memberikannya dalam bentuk hibah, karena kami melihat start-up business masih didominasi mereka yang sudah siap modal. Sementara banyak yang memiliki ide bisnis bagus dan potensial namun terhambat permodalan, inilah yang ingin dijembatani oleh DSC," ujar Surjanto, ketua program Wismilak DSC.

Wismilak DSC adalah sebuah program kompetisi bisnis yang diprakarsai Wismilak sejak 2010. "Ini sudah tahun ke-6 penyelenggaraan. Kami memang berkomitmen untuk mengembangkan wirausaha di Indonesia, jadi kami tahu perlunya usaha yang konsisten dan berkelanjutan," kata Chief Board of Commissioner Wismilak yang akrab dipanggil Pak Sur.

Untuk tahun ini kompetisi ini sudah dimulai dari Mei 2015 jadi berlangsung hampir sepanjang setengah tahun. Untuk mengikuti seleksi awal, peserta harus mengirimkan proposal ide bisnis. Panitia menerima sekitar 6.600 proposal yang datang dari seluruh penjuru Indonesia.

"Kami agak terperanjat dengan lonjakan peminat tahun ini," kata Pak Sur.

Seleksi tahap awal menghasilkan 90 peserta. Mereka dibagi dalam tiga kelompok, masing-masing 30 orang yang menjalani audisi di tiga kota; Bandung, Yogya dan Surabaya. Bandung untuk peserta dari Indonesia Barat, Yogya untuk Indonesia Tengah dan Surabaya untuk Indonesia Timur. Di tahap ini peserta dihadapkan pada dewan juri untuk memaparkan ide bisnisnya dan diuji.

Tahap audisi meloloskan 10 finalis untuk mengikuti tahapan market challenge, salah satu ujian terberat, yang diadakan secara maraton juga di tiga kota yakni Surabaya, Yogya dan Bandung. Dalam tahap ini, para finalis dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta memecahkan berbagai tantangan bisnis. Antara lain memproduksi dan menjual martabak di kawasan Braga Bandung. Juri menilai berbagai hal, mulai dari efisiensi produksi, efektivitas pemasaran sampai perhitungan profit & loss. Finalis yang dinilai tidak memenuhi syarat dinyatakan gugur.

Ada enam finalis yang lolos dari market challenge dan memasuki tahap grand final. Pada tahap ini peserta diminta kembali memaparkan ide bisnisnya, namun sebelumnya semua finalis sudah mendapatkan pembekalan untuk menajamkan ide bisnisnya. Hasilnya sebagaimana telah disebutkan, meloloskan Irendra Radjawali sebagai pemenang utama dan tiga temannya sebagai runner up. Mereka berhasil lolos dari serangkaian proses seleksi ketat yang berlangsung hampir selama 2 bulan dari Oktober sampai November. Seluruh dokumentasi proses seleksi bisa diikuti di TV One setiap Minggu malam, dari tanggal 15 November – 20 Desember.

Akhirnya seluruh rangkaian kegiatan seleksi yang memakan waktu dan tenaga ini berakhir. "Melelahkan memang, tapi kami sangat puas dengan hasilnya," kata Pak Sur.

Sekarang para pemenang telah ditemukan, proses seleksi berakhir sudah. Selanjutnya tahap perjuangan yang sesungguhnya baru dimulai. Irendra bersukur pada Tuhan atas kemenangan yang diraihnya dan berterima kasih pada Wismilak yang telah memberikan hibah 500 juta. Namun ia merasa tanggung jawab besar baru saja diletakkan dipundaknya.

"Ya saya harus mempertanggung-jawabkan kemenangan ini, saya harus bisa mewujudkan tantangan usaha yang sudah saya rumuskan sendiri," ujarnya.

Wismilak sebagai penyelenggara juga bersiap memasuki tahap berikutnya, yakni business mentoring. "Tugas kami belum berakhir, sekarang kami harus mulai memberikan bimbingan manajemen kepada para pemenang," imbuhnya.

Hal serupa sudah dilakukan dari tahun-ketahun, kepada semua pemenang program Wismilak DSC sejak 2010. Bimbingan manajemen ini untuk memastikan rencana usaha berjalan lancar. "Menumbuhkan wirausaha memang tidak mudah, dan kami sudah berkomitmen untuk itu," kata Pak Sur menutup pembicaraan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: