Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Jatuh, Saudi Potong Subsidi secara Masif

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk memotong alokasi anggaran subsidi secara masif yang berlaku di negara tersebut akibat merosotnya harga minyak mentah dunia. Dijelaskan, dengan pemotongan subsidi tersebut maka harga bahan bakar minyak (BBM), listrik, air, tiket pesawat, dan bahkan rokok bakal naik.

Menteri Keuangan Arab Saudi Ibrahim al-Assaf mengatakan masyarakat yang sudah terlalu lama menikmati harga bahan pokok dan layanan dasar secara murah kini harus "mengetatkan ikat pinggang" karena harga minyak mentah telah merosot selama hampir dua tahun belakangan ini.

"Kita harus merasionalisasi pengeluaran-pengeluaran yang tak perlu. Hal ini (anjloknya harga minyak dunia) memerlukan perubahan dengan fokus pada pengeluaran-pengeluaran yang esensial," katanya sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia di Jakarta, Rabu (30/12/2015).

Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk menaikkan harga bensin tanpa timbal mutu lebih tinggi sebesar 50 persen menjadi 0,90 riyal (0,24 dolar AS) per liter dari 0,60 riyal. Kemudian untuk bensin mutu lebih rendah menjadi 0,75 riyal (0,20 dolar AS) dari 0,45 riyal per liter atau naik 67 persen.

Langkah yang diambil Arab Saudi ini mengikuti jejak dari tetangganya Uni Emirat Arab (UEA) yang menjadi negara Teluk pertama yang meliberalisasi harga BBM awal tahun ini. Kuwait juga mencabut subsidi solar dan minyak tanah pada awal tahun 2015 dan berencana untuk melakukan pemotongan lainnya awal tahun depan, terutama pada listrik dan bensin. Sementara itu, negara-negara Teluk lainnya sedang mempertimbangkan langkah-langkah serupa.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan biaya langsung subsidi energi di negara-negara Teluk mencapai 60 miliar dolar AS. Jika biaya tidak langsung seperti beban lingkungan dan lalu lintas jalan dihitung maka biaya naik menjadi 175 miliar dolar AS. IMF mengatakan bahwa jika Arab Saudi menaikkan harga BBM-nya ke tingkat Teluk maka itu akan menghemat sekitar 17 miliar dolar AS per tahun.

Banyak pihak tak menduga bahwa negara tempat tujuan ibadah haji ini bakal melakukan langkah pemotongan subsidi tersebut, meski tak ada keraguan bahwa Saudi bakal mencatatkan defisit setelah harga minyak dunia jatuh ke angka US$40 per barel sejak pertengahan tahun 2014 lalu. Diketahui, Saudi menderita defisit sebesar 98 miliar dollar AS pada tahun 2015 ini.

Selain itu, negara beriklim gurun ini harus menerima kenyataan bahwa penerimaan negara mereka anjlok ke angka US$162 miliar. Anjloknya penerimaan negara tersebut karena berkurangnya pendapatan dari sektor minyak. Penerimaan negara pada tahun ini merupakan penerimaan terendah sejak krisis finansial pada tahun 2009. Pada tahun 2016 mendatang mereka diprediksi bakal mengalami shortfall sebesar US$87 miliar.

Perlu diketahui, defisit yang diderita Saudi pada tahun ini bisa dibilang akibat dari "ulah" mereka sendiri. Salah satu faktor utama merosotnya harga minyak mentah dunia adalah karena kebijakan Arab Saudi dan negara-negara OPEC yang menolak untuk melakukan pengurangan produksi minyak. Sikap itu mereka ambil demi mengeluarkan kompetitor lain dari pasar minyak, termasuk produsen asal Amerika Serikat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: