Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Netflix dan Rontoknya TV Berbayar

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Era 4G yang dimasuki tahun ini mulai berhasil menciptakan pasar. Salah satu indikatornya adalah keputusan Netflix untuk masuk ke Indonesia. Hadirnya, Netflix di Tanah Air sekaligus menandakan dimulainya upaya maksimal perusahaan teknologi mengalihkan kepemirsaan masyarakat Indonesia dalam menonton video.

Sebagaimana diketahui, sebelum munculnya Netflix di Indonesia, YouTube telah lebih dulu mengalihkan perhatian masyarakat dalam menikmati video dan pelan tapi pasti layanan berbagi video tersebut menjadi tempat alternatif untuk beriklan. Tentunya, menarik untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada industri TV berbayar jika nantinya penetrasi pengguna internet sudah menyamai penduduk Indonesia.

Kemenkominfo sendiri optimis pengguna internet di negeri ini terus bertumbuh seiring rampungnya infrastruktur mobile broadband (4G) maupun fixed broadband. Adapun, pengguna internet di Indonesia berdasarkan penelitian Universitas Indonesia hampir mendekati angka 80 juta jiwa. Jumlah ini dipastikan akan semakin bertumbuh di tengah upaya pemerintah dan operator memperluas akses internet hingga ke pelosok, termasuk dengan melibatkan sejumlah inovasi dari pihak asing seperti Google (project loon).

Di samping itu sikap sejumlah vendor yang menawarkan perangkat smartphone berharga murah dipastikan akan ikut mendekatkan masyarakat dengan akses internet.

Adapun, industri TV berbayar telah menunjukkan penurunan sejak tiga tahun lalu. Hal itu ditandai dengan tindakan operator melego bisnis TV berbayar, seperti Telkom yang menjual TelkomVision dan First Media yang melepas LinkNet.

Sekarang, para operator TV berbayar berupaya melakukan adaptasi dengan kondisi pasar. Sejumlah operator memilih menyatukan paket TV dan internet ke rumah-rumah, artinya bisnis TV berbayar dipaksa melakukan inovasi untuk bisa eksis.

Di sisi lain, Netflix masuk ke pasar Indonesia dengan konsep yang lebih sederhana. Layanan streaming itu akan berwara-wiri dalam genggaman perangkat smartphone, terlebih tren perangkat smartphone saat ini mengusung layar lima inci. Singkatnya, pengalaman menonton video akan semakin gampang dan mengasyikkan.

Berdasarkan data yang dihimpun Warta Ekonomi dari berbagai sumber, sejumlah pelaku usaha TV kabel mendapati kerugian dalam bisnis ini. MNC misalnya, perusahaan yang menjagokan layanan Indovision tersebut membukukan rugi bersih senilai Rp 239,80 miliar pada semester awal 2015. Angka kerugian itu melonjak tajam bila dibandingkan semester awal di tahun 2014 di mana kerugian yang tercatat hanya Rp 14 miliar.

Nasib serupa turut dialami anak perusahaan Lippo Group, First Media, perusahaan ini mengantongi kerugian hingga Rp 279,05 milar di periode pertama tahun 2015. Bahkan, operator TV berbayar ini menderita penurunan penjualan yang cukup signifikan dengan persentase 56% dari Rp 1,1 triliun menjadi Rp 475,1 miliar.

Informasi tambahan, Netflix yang menjadi kompetitor bagi industri TV berbayar menempati urutan ke-1.477 dalam daftar perusahaan publik terbesar versi Forbes di tahun 2015. Netflix membukukan angka penjualan US$5,5 miliar, profit US$ 275 juta, aset US$ 7,1 miliar, dan market value US$ 25,5 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Febri Kurnia
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: