Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Unicef: Bahaya Mutilasi Kelamin Perempuan 'FGM'

Warta Ekonomi -

WE Online, New York - Sedikitnya 200 juta anak perempuan dan wanita yang hidup di 30 negara saat ini telah menjalani praktik mutilasi kelamin perempuan (Female Genital Mutilation/FGM), yang di Indonesia dikenal dengan istilah sunat perempuan, berdasarkan laporan statistik yang dirilis menjelang Hari Internasional Toleransi Nol terhadap Mutilasi Kelamin Perempuan atau FGM/C.

Seperti disampaikan oleh Deputi Direktur Eksekutif UNICEF Geeta Rao Gupta, “Mutilasi kelamin perempuan berbeda di berbagai wilayah dan budaya, dan beberapa bentuk melibatkan risiko yang membahayakan hidup. Dalam setiap kasus, FGM melanggar hak anak perempuan dan wanita. Kita semua –pemerintah, profesional kesehatan, pemuka masyarakat, orang tua dan keluarga- harus mempercepat upaya untuk mengakhiri praktik ini.” Ujarnya. 

Female Genital Mutilation/Cutting: A Global Concern mencatat bahwa separuh anak perempuan dan wanita mengalami praktik ini di tiga negara - Mesir, Ethiopia dan Indonesia - dan mengacu kepada studi-studi lebih kecil serta observasi yang memberikan bukti bahwa FGM adalah sebuah isu hak asasi manusia global yang berdampak kepada anak perempuan dan wanita di setiap bagian dunia.

Sejak 2008, UNICEF dan UNFPA telah memimpin upaya global terbesar, yang merupakan Program Bersama UNFPA-UNICEF dalam FGM/C: Accelerating Change (Mempercepat Perubahan), yang meliputi 16 negara di Afrika dan Yaman. UNICEF juga memberikan dukungan kepada negara-negara lain di Afrika, Timur Tengah dan Asia. Sejak Program Bersama UNICEF/UNFPA  dimulai pada 2008, lima negara telah meloloskan undang-undang nasional yang menjadikan FGM/C sebuah tindakan kriminal, termasuk Kenya, Uganda, Guinea Bissau dan yang terakhir Nigeria serta Gambia pada 2015. Lebih dari 15.000 komunitas di 20 negara telah secara terbuka mendeklarasikan bahwa mereka telah meninggalkan FGM, termasuk 2.000 komunitas tahun lalu.

"Ya, kami mendukung penuh Pemerintah Indonesia dalam hal ini dan kami bekerja sama dalam skala yang lebih luas misalnya menyediakan data, dukungan teknis dan lain sebagainya." Tambahnya. 

Bahkan pada tanggal 8 Februari nanti Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ibu Yohana Yembise akan menjadi tamu kehormatan dalam acara tingkat tinggi PBB untuk memperingati Hari Internasional Toleransi Nol terhadap FGM/C  yang juga dihadiri oleh Sekjen PBB Ban Ki  Moon. UNICEF sendiri akan diwakili oleh Cornelius Williams, Associate Director Perlindungan Anak.

Mutilasi kelamin perempuan merujuk kepada sejumlah prosedur. Terlepas dari apa pun bentuk yang dipraktikkan, FGM adalah pelanggaran terhadap hak anak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: