Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Scale-Up Indonesia ke-3 Resmi Digelar

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Endeavor Indonesia, organisasi yang berfokus pada pembangunan dan penguatan ekosistem kewirausahaan di Indonesia melalui pengembangan high impact entrepreneur, secara resmi menyelenggarakan Scale-Up Indonesia ke-3. Lebih dari 600 pemimpin bisnis, entrepreneur muda, maupun yang sudah berpengalaman, investor, praktisi, dan pelaku kunci lainnya berpartisipasi di acara ini.

Scale-Up Indonesia ke-3 terdiri dari Mega Scale Up Clinic dan gala dinner. Mega Scale-Up Clinic adalah sesi one-on-one speed mentoring di mana para entrepreneur memiliki kesempatan berkonsultasi soal tantangan bisnis dengan para mentor serta membangun network dengan investor dan pemimpin bisnis.

"Kami percaya bahwa high impact entrepreneur dapat menciptakan siklus kewirausahaan kondusif yang secara jangka panjang mampu berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Scale-Up Indonesia hadir sebagai wadah untuk membangun ekosistem kewirausahaan yang lebih kuat dan mendukung lebih banyak lagi high impact entrepreneur," tutur Endeavor Indonesia Board Chairman Harun Hajadi di Jakarta, Kamis (24/3/2016).

Harun menjelaskan bahwa dalam bidang kewirausahaan, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Di Meksiko, misalnya, dibutuhkan 273.000 perusahaan level mikro baru untuk meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB) negara sebesar 1%.

"Sedangkan, hanya dibutuhkan 105 high impact enterprise berskala menengah untuk mencapai pertumbuhan yang sama. Survei Bank Dunia tahun 2009 menemukan bahwa meskipun hanya sebesar 16% perusahaan Indonesia masuk kategori scaleup, mereka menciptakan 52% dari total pekerjaan baru selama tiga tahun beroperasi," jelasnya.

Ia mengatakan high impact entrepreneur adalah visioner yang mampu menghasilkan pemasukan terbesar, menciptakan lapangan pekerjaan bernilai tinggi, dan memberikan dampak paling signifkan untuk masyarakat.

"Terutama dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), keberadaan para high impact entrepreneur menjadi lebih penting karena Indonesia akan menjadi penghubung ekosistem kewirausahaan di ASEAN," tambahnya.

Berdasarkan laporan Organisasi Buruh International (ILO) tahun 2013, Indonesia harus menyediakan lebih dari 17 juta pekerjaan baru dalam kurun waktu 2013-2020.

"High-impact entrepreneurship dapat menjadi jawaban untuk masalah ketenagakerjaan ini," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf juga memaparkan pendapat terhadap pentingnya keberadaan ekosistem kewirausahaan untuk mendukung high impact entrepreneur di Indonesia.

"Bekraf bertujuan untuk menciptakan fondasi yang kuat bagi kemajuan entrepreneur di industri kreatif sehingga mereka dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi kreatif dan berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Setidaknya ada 16 subsektor yang harus Bekraf kembangkan," imbuhnya.

Ia mengatakan bahwa sda beberapa sektor seperti kuliner, fesyen, dan kerajinan yang sudah cukup besar kontribusinya terhadap perekonomian, namun di sisi lain terdapat subsektor lain yang masih perlu dioptimalkan.

"Kami tidak ingin hanya fokus pada sektor tertentu. Apa yang sudah besar sekarang perlu didukung agar terus tumbuh, sementara subsektor yang belum begitu besar harus diperhatikan sehingga juga dapat tumbuh dengan pesat. Perlu langkah-langkah yang komprehensif untuk mencapai tujuan ini," tuturnya.

Oleh karena itu, tegasnya, Bekraf senantiasa menyambut baik dan mendukung initiatif-initiatif yang bertujuan membantu entrepreneur mengakselerasi usahanya.

"Kami yakin program yang membuka akses ke mentorship dan network seperti Scale-Up Indonesia yang diselenggarakan oleh Endeavor ini akan membantu pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: