Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cinta Produk dalam Negeri Cara Cerdas Berkontribusi Menangkan MEA

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Satu dekade lalu 10 negara ASEAN sepakat untuk membentuk kawasan Asia Tenggara menjadi satu pasar tunggal baru yang kemudian disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tak terasa kesepakatan itu telah kita lalui sejak 1 Januari 2016 lalu, tanpa disadari negara ini telah memasuki kompetisi terbesar antar-negara ASEAN.

Salah satu isi kesepakatan MEA adalah perdagangan bebas di kawasan ASEAN yang berarti setiap negara dapat melakukan perdagangan tanpa ada halangan negara (David Ricardo). Bagaikan perang setiap negara termasuk Indonesia berhak untuk menyerbu negara lain di Asia Tenggara dengan produk-produk hasil industri unggulannya. Sebaliknya negara ini juga harus siap untuk diserbu oleh negara lain.

Apakah negara ini siap? Sejauh ini pemerintah telah melakukan sejumlah rencana strategis untuk menghadapi MEA seperti penguatan daya saing ekonomi, program Aku Cinta Indonesia (ACI), penguatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); perbaikan infrastruktur; peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM); dan reformasi kelembagaan dan pemerintah.

Tapi, untuk dapat bersaing dalam pasar bebas tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah saja. Butuh peran serta semua pihak seperti pelaku industri hingga kita sebagai konsumen. Untuk dapat bersaing tentu produsen harus menciptakan produk yang sesuai kebutuhan, berkualitas, menarik, dan harga yang lebih murah.

Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk membantu negara ini dalam kompetisi tersebut? Tentu saja sebagai konsumen kita harus cerdas dengan mencintai produk dalam negeri. Sesuai dengan rencana strategis pemerintah, program Aku Cinta Indonesia, gerakan ini untuk mengampanyekan produk dalam negeri seperti busana, aksesoris, entertainment, pariwisata, dan lain sebagainya.

Mencintai produk dalam negeri yang diwujudkan dengan membeli dan menggunakan produk yang diproduksi di dalam negeri akan sangat membantu produsen agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal itu juga berarti membantu negara dalam menjaga pasar demi memenangkan kompetisi MEA.

Posisi Indonesia sendiri di kawasan Asia Tenggara adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar dengan jumlah 255 juta jiwa. Jumlah tersebut mencapai 41% dari total jumlah penduduk di kawasan Asia Tenggara. Jumlah penduduk tersebut tentu menjadi pasar yang sangat besar yang siap diserbu oleh pelaku industri dari seluruh negara ASEAN.

Dibukanya MEA memberi keuntungan kepada seluruh negara anggota ASEAN karena dapat memperluas pasar dengan menjual produknya ke semua negara dengan bebas dan mudah. Keuntungan terbesar tentu saja bagi negara dengan jumlah penduduk kecil, namun memiliki industri yang sangat maju dan besar. Sebaliknya kerugian terbesar adalah negara yang memiliki jumlah penduduk besar namun pelaku industrinya sangat minim dan kecil.

Melihat data eskpor impor di Kementerian Perindustrian Indonesia, dari 30 negara terbesar yang melakukan kegiatan ekspor-impor dengan Indonesia, terdapat lima negara ASEAN, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Di lima negara tersebut ternyata impor hasil industri negara kita lebih besar daripada ekspor. Indonesia hanya lebih banyak melakukan ekspor dengan Filipina. Dengan Malaysia ekspor-impor negara kita hampir imbang.

Sementara jika dilihat berdasarkan hasil industri, secara total negara kita juga masih lebih banyak melakukan impor daripada ekspor. Hanya ada beberapa hasil industri yang lebih banyak diekspor, seperti tekstil, kulit, barang dari kulit, sepatu atau alas kaki, dan alat-alat olahraga. Selain itu, ternyata masih banyak kebutuhan akan barang industri di Indonesia yang dipenuhi dari luar negeri.

Masih banyaknya produk luar negeri yang mendominasi barang-barang hasil industri yang ternyata juga diproduksi di dalam negeri mengindikasikan beberapa hal, salah satunya karena orang Indonesia enggan menggunakan produk dalam negeri. Tentunya ada beberapa alasan mengapa produk luar negeri lebih disukai, mungkin karena sesuai kebutuhan, kualitas lebih baik, atau harganya lebih murah, dan alasan-alasan lain seperti prestige.

Perilaku konsumen dalam menentukan pilihan memang cenderung dipengaruhi oleh beberapa alasan tersebut. Tapi jika saja dalam hati, kita bangkitkan rasa nasionalisme untuk bangga menggunakan produk dalam negeri tentu tidak ada ruginya. Sebab faktanya produk Indonesia juga diekspor ke luar negeri, itu menunjukkan produk dalam negeri pun tidak kalah dengan produk luar negeri.

Jika masih sulit untuk membangkitkan rasa nasionalisme itu, anggap saja membeli produk yang dibuat oleh keluarga sendiri. Jika di rumah kita sendiri memproduksi sepatu misalnya, kenapa kita tidak bisa bangga untuk memakainya sendiri.

Satu lagi yang sangat mudah untuk dilakukan, kenapa beberapa di antara kita lebih suka travelling ke luar negeri ketimbang travelling ke tempat wisata di negeri sendiri. Bukankah masih banyak tempat wisata di Indonesia yang belum sempat untuk dikunjungi? Mungkin karena belum populer, tapi belum populer bukan berarti tidak lebih mempesona di banding tempat wisata di luar negeri.

Dengan menggunakan produk dalam negeri kita atau travelling ke tempat wisata di negeri sendiri secara tidak langsung kita mempromosikan produk dalam negeri agar lebih banyak dikenal. Membeli produk dalam negeri berarti juga menjaga kelangsungan hidup produsen dalam negeri karena menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mengunjungi tempat wisata di negeri sendiri berarti turut meramaikan agar menjadi populer.

Kemudian keuntungan bagi negara tentu semakin dapat bersaing dengan negara lain dalam kompetisi di kawasan Asia Tenggara ini sebab seberapa banyak produk dari negara-negara ASEAN masuk ke dalam negeri, masyarakat Indonesia tetap lebih memilih produk dalam negeri. Pada akhirnya jumlah penduduk yang hampir separuh penduduk Asia Tenggara, menjadi keunggulan dan memberi kontribusi yang besar bagi Indonesia untuk memenangkan persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: